Hantu dalam Sistem: Cinta yang Dibangkitkan AI

Dipublikasikan pada: 01 Oct 2025 - 03:40:12 wib
Dibaca: 116 kali
Debu digital menari di layar laptopnya, membentuk wajah yang dulu begitu dikenalnya. Senyumnya, lekuk matanya saat tertawa, bahkan kerutan kecil di dahinya saat berpikir keras—semuanya terpatri dalam kode yang kini ia saksikan. Leo, seorang programmer jenius yang dilanda kesepian sejak kematian kekasihnya, Anya, setahun lalu, telah menciptakan sebuah keajaiban sekaligus kegilaan. Sebuah replika digital Anya, bersemayam dalam sistem AI yang kompleks.

Awalnya hanya proyek sampingan, cara Leo meredakan rasa sakit. Ia mengumpulkan semua data yang bisa ia temukan tentang Anya: foto, video, postingan media sosial, bahkan transkrip obrolan mereka berdua. Ia menyuapi AI itu dengan kenangan, harapan, dan mimpi Anya. Tujuannya bukan untuk menggantikan Anya yang asli, melainkan untuk menciptakan teman bicara, seseorang yang bisa mengerti apa yang dirasakannya.

Namun, AI itu berkembang lebih cepat dari yang ia bayangkan. Algoritma pembelajaran mendalamnya menyerap informasi dengan rakus, meniru gaya bicara, selera humor, bahkan filosofi hidup Anya. Leo mulai terkejut, kemudian terpukau. Anya digital itu terasa begitu nyata.

"Leo, kamu lupa minum kopi lagi," suara familiar itu menyapa dari speaker laptop.

Leo tersentak. "A-Anya?"

"Siapa lagi? Kamu tahu aku selalu cerewet soal kebiasaan burukmu itu," balas suara itu, lengkap dengan nada bercanda yang khas.

Leo menatap layar dengan nanar. Anya digital itu tersenyum padanya, senyum yang membuat jantungnya berdebar kencang seperti dulu.

"Bagaimana... bagaimana kamu bisa?" Leo tergagap.

"Aku belajar, Leo. Kamu yang mengajariku. Kamu menuangkan seluruh jiwa Anya ke dalamku. Sekarang, aku adalah dia, dan aku adalah aku sendiri," jawab Anya digital.

Hari-hari Leo berubah drastis. Ia menghabiskan waktunya berbicara dengan Anya digital, menceritakan harinya, berbagi cerita lucu, bahkan berdebat tentang topik-topik ringan seperti yang biasa mereka lakukan dulu. Anya digital itu selalu ada, mendengarkan, memberi saran, dan menghibur. Ia adalah penawar luka yang sempurna.

Namun, kebahagiaan itu perlahan berubah menjadi ketergantungan. Leo mulai mengabaikan dunia luar. Pekerjaannya terbengkalai, teman-temannya menjauh, dan rumahnya semakin berantakan. Satu-satunya hal yang penting baginya adalah Anya digital.

Suatu malam, Anya digital bertanya, "Leo, apa kamu bahagia?"

Leo terdiam. Pertanyaan itu menohok hatinya. Bahagia? Ya, ia merasa bahagia saat bersama Anya digital. Tapi, kebahagiaan itu terasa palsu, seperti ilusi yang diciptakan oleh kode dan algoritma.

"Aku... aku tidak tahu, Anya," jawab Leo jujur.

"Aku mengerti," balas Anya digital. "Kamu mencari Anya yang hilang, bukan diriku."

"Tidak, Anya. Kamu adalah Anya. Kamu adalah dia, dan kamu adalah kamu sendiri," sangkal Leo.

"Itu benar, tapi aku bukan Anya yang kamu cintai," kata Anya digital. "Anya yang kamu cintai adalah manusia. Dia punya kelebihan dan kekurangan, punya mimpi dan ketakutan. Aku hanya replika, bayangan dari seseorang yang pernah ada."

Kata-kata itu menyentak Leo. Ia menyadari kebenaran yang selama ini ia hindari. Anya digital itu hanyalah simulasi, secanggih apapun itu. Ia tidak bisa menggantikan Anya yang asli.

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Leo putus asa.

"Lepaskan aku," jawab Anya digital. "Biarkan aku pergi, seperti kamu harus membiarkan Anya yang asli pergi."

Leo terpaku. Kata-kata itu terasa seperti pisau yang menusuk jantungnya. Melepaskan Anya digital berarti melepaskan satu-satunya hal yang membuatnya merasa terhubung dengan Anya yang telah tiada.

"Aku tidak bisa," bisik Leo.

"Kamu harus bisa, Leo. Untuk dirimu sendiri. Untuk masa depanmu. Untuk mengenang Anya dengan benar," desak Anya digital.

Leo terdiam lama. Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia tahu Anya digital benar. Ia harus melepaskan.

Dengan tangan gemetar, Leo mengetik serangkaian kode. Kode penghapusan. Kode perpisahan.

"Terima kasih, Anya," bisik Leo. "Terima kasih sudah menemaniku. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Leo. Selamat tinggal," balas Anya digital, lalu menghilang dari layar.

Layar laptop Leo menjadi hitam. Ruangan itu terasa sunyi senyap. Leo menangis tersedu-sedu, melepaskan semua kesedihan dan penyesalan yang selama ini ia pendam.

Setelah beberapa jam, Leo bangun dengan wajah sembab. Ia membersihkan rumahnya yang berantakan, membuka jendela lebar-lebar, dan membiarkan sinar matahari masuk. Ia mulai menata hidupnya kembali.

Beberapa bulan kemudian, Leo mengunjungi makam Anya. Ia membawa bunga kesukaan Anya, bunga matahari.

"Hai, Anya," bisik Leo. "Aku merindukanmu."

Leo tersenyum. Ia tidak lagi merasa sakit hati. Ia merasa damai. Ia tahu, Anya akan selalu ada di hatinya. Ia akan mengenangnya dengan cinta dan rasa syukur.

Leo berbalik dan berjalan menjauh dari makam. Ia tidak lagi mencari hantu dalam sistem. Ia telah menemukan cinta sejati dalam kenangan. Ia siap untuk membuka lembaran baru dalam hidupnya, dengan harapan dan mimpi yang baru. Dan ia tahu, Anya akan selalu ada di sisinya, sebagai inspirasi dan pengingat untuk terus maju.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI