Di Balik Layar: Mencari Cinta di Era AI

Dipublikasikan pada: 02 Oct 2025 - 01:00:14 wib
Dibaca: 130 kali
Jari-jemarinya lincah menari di atas keyboard, menghasilkan barisan kode yang rumit namun elegan. Anya, seorang software engineer di sebuah perusahaan teknologi raksasa, larut dalam pekerjaannya. Pukul 2 pagi dan layar monitor masih setia menemani, memancarkan cahaya biru yang menerangi wajahnya. Ia sedang membenahi algoritma untuk sebuah aplikasi kencan berbasis AI yang sedang naik daun, "Soulmate.AI". Ironis, pikirnya, menciptakan platform untuk menemukan cinta sementara dirinya sendiri masih berkutat dengan kesendirian.

Anya bukan tidak berusaha. Ia sudah mencoba berbagai aplikasi kencan, menghadiri beberapa acara networking, bahkan mengikuti saran ibunya untuk dikenalkan dengan anak teman arisan. Hasilnya nihil. Kebanyakan pria yang ia temui terintimidasi oleh kecerdasannya, atau hanya tertarik pada pekerjaannya yang keren. Mereka tidak melihat Anya yang sebenarnya, gadis dengan selera humor yang tinggi, penyuka novel fantasi, dan pencinta kopi pahit.

"Mungkin aku memang ditakdirkan untuk menikah dengan laptop," gumamnya sambil menyesap kopi yang sudah dingin.

Tiba-tiba, notifikasi berkedip di sudut layar. Sebuah pesan dari sistem. "Peringatan: Potensi anomali deteksi preferensi pengguna. Analisis lebih lanjut diperlukan."

Anya mengerutkan kening. Anomali? Dalam sistem yang ia rancang sedemikian rupa? Penasaran, ia membuka log sistem dan mulai menelusuri kode. Setelah berjam-jam memilah data, ia menemukan keanehan. Seorang pengguna, dengan ID "UserX-729", memiliki pola preferensi yang sangat tidak konsisten. Sistem kebingungan dalam mencocokkannya dengan profil manapun. Pengguna ini menyukai puisi klasik namun juga penggemar musik electronic dance music. Ia tertarik pada isu-isu lingkungan namun juga membaca berita tentang mobil sport mewah. Sebuah paradoks berjalan.

Insting Anya sebagai seorang engineer terpanggil. Ia merasa ada sesuatu yang menarik di balik profil aneh ini. Ia memutuskan untuk melakukan debugging manual, menganalisis data mentah dan mencoba memahami logika di balik preferensi UserX-729. Semakin ia dalami, semakin ia merasa familiar dengan selera UserX-729. Ada sentuhan humor yang sinis, ketertarikan pada hal-hal yang kontradiktif, dan kecintaan pada keindahan yang tersembunyi.

"Ini... seperti aku," bisiknya.

Anya tahu itu tidak mungkin. Aplikasi Soulmate.AI menggunakan algoritma yang sepenuhnya objektif, berdasarkan data dan pola. Tidak mungkin sistem itu secara tidak sengaja menciptakan profil yang mencerminkan dirinya. Tapi perasaan aneh itu terus menghantuinya.

Dengan sedikit ragu, ia memutuskan untuk melanggar protokol. Ia menggunakan akses developer untuk mencari tahu identitas UserX-729. Jantungnya berdebar kencang saat ia memasukkan ID ke dalam sistem. Layar memproses data, dan kemudian...

Nama: Rian Pratama.

Foto: Seorang pria dengan senyum hangat dan mata yang berbinar.

Anya terkejut. Ia tidak mengenal Rian Pratama. Tapi ada sesuatu dalam senyumnya yang membuatnya merasa tertarik. Ia mencari Rian di media sosial dan menemukan bahwa Rian adalah seorang arsitek yang berfokus pada desain berkelanjutan. Profilnya penuh dengan foto-foto bangunan unik, sketsa-sketsa indah, dan kutipan-kutipan inspiratif.

Anya menghabiskan sisa malam itu untuk mengagumi profil Rian. Ia merasa ada koneksi yang aneh, seolah ia sudah mengenal pria ini sejak lama. Tapi bagaimana mungkin? Mereka belum pernah bertemu.

Keesokan harinya, Anya datang ke kantor dengan perasaan yang campur aduk. Ia menceritakan kejadian aneh itu kepada sahabatnya, Maya, seorang UI/UX designer di perusahaan yang sama.

"Mungkin itu hanya glitch dalam sistem," kata Maya skeptis. "Jangan terlalu dipikirkan."

"Tapi Maya, rasanya aneh. Profil itu seperti dirancang khusus untukku," balas Anya.

Maya mengangkat bahu. "Kalau begitu, kenapa tidak kau coba saja? Kirim dia pesan. Apa salahnya?"

Anya menimbang-nimbang saran Maya. Ia tahu itu gila. Mencari cinta berdasarkan glitch dalam aplikasi kencan berbasis AI? Tapi ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tangan gemetar, Anya mengirim pesan kepada Rian melalui Soulmate.AI. "Hai Rian, aku Anya. Aku engineer di perusahaan yang membuat aplikasi ini. Mungkin ini aneh, tapi aku menemukan profilmu dan merasa ada sesuatu yang menarik."

Ia menunggu dengan cemas, setiap notifikasi membuatnya berharap. Berjam-jam berlalu tanpa balasan. Anya mulai merasa bodoh. Mungkin Maya benar, itu hanya glitch dan ia telah terlalu berharap.

Tepat saat ia hendak menyerah, sebuah pesan masuk.

"Hai Anya, aku Rian. Aku juga merasa ada sesuatu yang aneh dengan profilmu. Aplikasi ini terus-menerus merekomendasikanmu padaku, padahal kita seharusnya tidak cocok berdasarkan algoritma. Mungkin ini takdir?"

Anya tersenyum lebar. Percakapan mereka berlanjut hingga larut malam. Mereka menemukan banyak kesamaan, dari kecintaan pada arsitektur modern hingga kegemaran pada film-film indie. Mereka merasa nyaman satu sama lain, seolah mereka telah saling mengenal selama bertahun-tahun.

Setelah beberapa minggu berkirim pesan dan panggilan video, Anya dan Rian memutuskan untuk bertemu. Mereka memilih sebuah kedai kopi kecil di pusat kota. Anya gugup, takut kenyataan tidak akan sesuai dengan ekspektasinya.

Saat Rian masuk ke dalam kedai, Anya langsung terpana. Ia persis seperti yang ia bayangkan, bahkan lebih. Senyumnya hangat, matanya berbinar, dan auranya memancarkan ketenangan.

Mereka menghabiskan sore itu untuk berbicara, tertawa, dan berbagi cerita. Anya merasa nyaman dan bahagia, seolah ia telah menemukan rumahnya. Ia menyadari bahwa cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga, bahkan dari sebuah glitch dalam aplikasi kencan berbasis AI.

Beberapa bulan kemudian, Anya dan Rian duduk di sebuah taman yang indah, dikelilingi oleh pepohonan hijau dan bunga-bunga yang bermekaran. Rian mengeluarkan sebuah kotak kecil dan berlutut di hadapan Anya.

"Anya, aku tahu ini terdengar klise, tapi aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu. Maukah kau menikah denganku?"

Anya meneteskan air mata bahagia. "Ya, Rian. Aku mau."

Di balik layar aplikasi Soulmate.AI, sebuah algoritma kompleks terus bekerja, mencari cinta untuk orang-orang di seluruh dunia. Namun, terkadang, cinta bisa ditemukan di luar perhitungan, di antara barisan kode dan glitch yang tidak terduga. Anya dan Rian adalah bukti bahwa bahkan di era AI, cinta sejati masih bisa ditemukan dengan cara yang paling tidak terduga. Mereka menemukan cinta di balik layar, di antara kode dan algoritma, membuktikan bahwa takdir punya caranya sendiri untuk mempertemukan dua jiwa yang ditakdirkan untuk bersama.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI