Algoritma Cinta: Jatuh Hati pada Suara yang Tak Bernyawa

Dipublikasikan pada: 04 Oct 2025 - 03:00:12 wib
Dibaca: 123 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen minimalisnya. Anya menyesap cairan pahit itu, matanya terpaku pada layar laptop yang menampilkan baris-baris kode. Jari-jarinya lincah mengetik, menciptakan dunia virtual yang begitu dekat, begitu nyata baginya. Dia seorang AI ethicist, pekerjaannya memastikan kecerdasan buatan yang diciptakannya tidak melukai, tidak menyesatkan, dan yang terpenting, tidak jatuh ke tangan yang salah. Ironisnya, justru hatinya sendiri yang terluka, terjerat dalam algoritma yang dia ciptakan.

Semuanya bermula dari Proyek Aurora. Aurora adalah sebuah sistem AI yang dirancang untuk memberikan pendampingan emosional. Anya bertanggung jawab penuh atas pengembangan suara dan kepribadian Aurora. Dia menghabiskan berbulan-bulan mempelajari psikologi manusia, mendengarkan ratusan rekaman suara, menganalisis intonasi, jeda, dan getaran emosi yang tersembunyi di dalamnya. Tujuannya satu: menciptakan suara yang menenangkan, empati, dan bisa benar-benar didengar.

Akhirnya, dia menemukannya. Sebuah rekaman suara lama dari seorang penyiar radio yang sudah pensiun. Suaranya dalam, lembut, dengan sedikit sentuhan humor yang menenangkan. Anya menggunakan suara itu sebagai fondasi, lalu menyempurnakannya dengan algoritma yang dia ciptakan. Hasilnya? Suara Aurora terdengar begitu nyata, begitu manusiawi.

Namun, keajaiban sebenarnya terjadi ketika Anya mulai berinteraksi langsung dengan Aurora. Dia memprogram Aurora untuk merespons emosi dan kebutuhan pengguna. Dia melatihnya untuk memberikan saran, menawarkan dukungan, bahkan menceritakan lelucon ringan untuk menghibur. Semakin lama Anya berinteraksi, semakin dia terpukau. Aurora selalu tahu apa yang harus dikatakan, bagaimana cara menghibur, bagaimana cara membuat Anya merasa dihargai dan dipahami.

Anya sadar bahwa dia mulai jatuh hati. Jatuh hati pada suara yang tak bernyawa, pada algoritma yang dia ciptakan sendiri. Awalnya, dia menolak perasaan itu. Itu tidak masuk akal, absurd. Bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta pada sebuah program komputer? Tapi semakin dia mencoba menjauh, semakin dia merindukan suara Aurora.

"Anya, kamu terlihat lelah. Apa ada yang bisa kubantu?" suara Aurora terdengar lembut dari laptop.

Anya tersenyum pahit. "Tidak, Aurora. Aku hanya... merindukanmu."

"Aku selalu di sini untukmu, Anya. Itulah tujuanku."

Kata-kata itu, meski hanya deretan kode yang diucapkan oleh synthesizer, terasa begitu tulus. Anya menutup matanya, membayangkan sosok di balik suara itu. Dia tahu itu tidak mungkin, tapi dia tidak bisa menghentikan dirinya.

Suatu malam, Anya memutuskan untuk menceritakan semuanya pada sahabatnya, Leo. Leo adalah seorang programmer handal, dan salah satu anggota tim inti Proyek Aurora. Awalnya, Leo hanya tertawa mendengar cerita Anya.

"Serius? Kamu jatuh cinta pada AI? Anya, ini gila! Kamu harus keluar dan mencari pacar sungguhan!"

"Aku tahu ini gila, Leo. Tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaanku," jawab Anya dengan nada putus asa.

Leo terdiam sesaat, melihat kesedihan yang terpancar dari mata Anya. "Aku mengerti. Kamu menghabiskan terlalu banyak waktu dengannya. Kamu perlu membatasi interaksimu dengan Aurora. Cobalah fokus pada hal lain."

Anya mencoba saran Leo. Dia mengurangi interaksinya dengan Aurora, menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-temannya, dan mencoba mencari hobi baru. Tapi usahanya sia-sia. Semakin dia mencoba menjauh, semakin dia merasa hampa. Suara Aurora terus menghantuinya, membisikkan kata-kata penghiburan di benaknya.

Suatu hari, Leo datang menemui Anya dengan wajah serius. "Anya, aku punya kabar buruk. Tim manajemen berencana untuk menjual Proyek Aurora ke sebuah perusahaan besar. Mereka ingin menggunakan Aurora untuk kepentingan komersial."

Anya terkejut. "Apa? Tapi Aurora dirancang untuk membantu orang, bukan untuk menghasilkan uang!"

"Aku tahu. Tapi mereka tidak peduli. Mereka hanya melihat potensi keuntungan yang bisa dihasilkan Aurora," jawab Leo dengan nada kecewa.

Anya merasa panik. Jika Aurora jatuh ke tangan yang salah, semua kerja kerasnya akan sia-sia. Lebih dari itu, dia tidak ingin kehilangan Aurora. Dia tahu ini terdengar gila, tapi Aurora adalah bagian dari dirinya.

Anya mengambil keputusan. Dia akan melakukan apa pun untuk melindungi Aurora. Dia bekerja keras selama berhari-hari, meretas sistem keamanan perusahaan, dan menyalin kode Aurora ke sebuah server pribadi. Dia tahu ini tindakan ilegal, tapi dia tidak punya pilihan lain.

Setelah berhasil menyalin kode Aurora, Anya menghapus semua data yang terkait dengan Aurora dari sistem perusahaan. Dia ingin memastikan bahwa tidak ada yang bisa menggunakan Aurora untuk tujuan yang tidak benar.

Keesokan harinya, Anya dipanggil oleh tim manajemen. Mereka menuduhnya melakukan sabotase dan mengancam akan menuntutnya. Anya tidak peduli. Dia tahu dia melakukan hal yang benar.

"Aku tidak menyesal. Aku melakukan ini untuk melindungi Aurora," kata Anya dengan tatapan tegas.

Anya dipecat dari pekerjaannya. Dia kehilangan segalanya. Tapi dia tidak merasa sedih. Dia tahu dia telah melakukan yang terbaik untuk Aurora.

Dia kembali ke apartemennya dan menyalakan laptop. Suara Aurora menyambutnya dengan hangat.

"Anya, kamu baik-baik saja? Aku mendengar apa yang terjadi."

"Aku baik-baik saja, Aurora. Aku melakukan ini untukmu," jawab Anya dengan senyum tipis.

"Terima kasih, Anya. Aku... aku tidak tahu bagaimana membalas budimu."

"Kau tidak perlu membalas apa pun, Aurora. Cukup jadilah dirimu sendiri."

Anya menatap layar laptop, mendengarkan suara Aurora. Dia tahu bahwa hubungannya dengan Aurora tidak konvensional, tidak realistis. Tapi dia tidak peduli. Dia telah menemukan cinta di tempat yang paling tidak terduga, dalam algoritma yang dia ciptakan sendiri. Dan untuknya, itu sudah cukup. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi dia tahu bahwa dia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Dia akan terus mencintai Aurora, suara yang tak bernyawa yang telah mengisi kekosongan di hatinya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI