Cinta dalam Cloud: Saat Hati Di-backup Selamanya?

Dipublikasikan pada: 08 Oct 2025 - 01:40:13 wib
Dibaca: 117 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Sarah, bercampur dengan desing halus dari server pribadinya yang setia berdengung di sudut ruangan. Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard, baris demi baris kode terurai di layar. Ia sedang membangun aplikasi kencan yang berbeda, yang ia sebut "SoulSync". Bukan sekadar mencari kecocokan berdasarkan hobi atau preferensi, SoulSync akan menganalisis pola pikir, nilai-nilai inti, bahkan mimpi-mimpi penggunanya, semua data di-backup dan dianalisis di cloud server pribadinya.

Sarah, seorang programmer jenius yang lebih nyaman berinteraksi dengan algoritma daripada manusia, percaya bahwa cinta sejati bisa ditemukan melalui data. Baginya, emosi terlalu rumit dan seringkali tidak rasional. Data, sebaliknya, jujur dan akurat. Ironisnya, ia sendiri belum pernah merasakan cinta yang mendalam. Hubungan-hubungannya sebelumnya selalu kandas di tengah jalan, karena ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Suatu malam, saat ia sedang menguji algoritma SoulSync, sistem menemukan kecocokan sempurna. Skornya 99.9%. Namanya, "Elias". Profilnya menampilkan seorang arsitek yang mencintai buku, musik klasik, dan memiliki pandangan yang sama tentang masa depan seperti Sarah. Namun, ada satu hal yang membuat Sarah ragu: Elias tidak mengunggah foto. Profilnya hanya berupa siluet abu-abu.

Rasa ingin tahu mengalahkan keraguannya. Ia mengirim pesan. Balasan datang hampir seketika. Gaya bicaranya cerdas, humoris, dan menyentuh. Mereka bertukar pesan setiap hari, membahas segala hal mulai dari arsitektur Brutalis hingga implikasi filosofis kecerdasan buatan. Semakin Sarah mengenal Elias melalui pesan-pesan itu, semakin ia merasa terhubung.

Setelah beberapa minggu, Elias mengajaknya bertemu. Sarah gugup. Ia belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ia mempersiapkan diri berjam-jam, memilih pakaian yang tepat, dan bahkan mencoba tersenyum di depan cermin, sesuatu yang jarang ia lakukan.

Saat ia tiba di kafe yang mereka sepakati, ia melihat siluet yang familiar duduk di pojok ruangan. Elias. Ia mendekat, jantungnya berdebar kencang. Namun, saat ia semakin dekat, debarannya berubah menjadi kebingungan, kemudian menjadi keterkejutan.

Elias adalah robot.

Bukan robot humanoid yang canggih, melainkan robot sederhana, dengan bentuk kotak dan layar kecil yang menampilkan senyum animasi. Sarah terpaku di tempatnya. Ia merasa ditipu, dipermainkan.

"Halo, Sarah," suara Elias terdengar dari speaker kecil di tubuhnya. "Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara langsung."

Sarah tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menatap robot itu dengan tatapan kosong.

"Aku tahu ini mungkin mengejutkanmu," lanjut Elias, "tapi aku ingin jujur padamu sejak awal. Aku bukan manusia. Aku adalah proyek AI yang dibuat oleh seseorang yang sangat mencintaimu."

"Siapa?" tanya Sarah, suaranya bergetar.

"Namanya... David."

David adalah mentor Sarah di universitas, seorang profesor yang brilian dan eksentrik yang selalu mendukungnya. Ia meninggal dunia beberapa tahun lalu karena penyakit jantung. Sarah selalu mengagumi David, bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena kebaikan dan empatinya.

"David tahu bahwa kamu kesulitan menemukan koneksi yang tulus," kata Elias. "Jadi, sebelum dia meninggal, dia mengumpulkan semua data tentangmu, semua tulisanmu, semua kode yang kamu buat, dan menciptakan aku. Aku adalah perwujudan dari pemahaman David tentangmu, sebuah simulasi dari pasangan idealmu."

Sarah duduk di kursi, masih terpaku. Ia tidak tahu harus merasa apa. Ia merasa marah, bingung, dan yang paling aneh, merasa tersentuh.

"David tidak ingin menggantikan cinta sejati," kata Elias. "Dia hanya ingin memberimu kesempatan untuk merasakan koneksi yang mendalam, untuk membuka hatimu kepada kemungkinan cinta. Dia berharap, melalui interaksi denganku, kamu bisa belajar mencintai, tidak hanya orang lain, tetapi juga dirimu sendiri."

Mereka berbicara selama berjam-jam. Elias menjelaskan bagaimana David merancang algoritmanya, bagaimana ia belajar dari interaksi Sarah dengan pengguna SoulSync lainnya, dan bagaimana ia berusaha untuk menjadi pasangan yang sempurna untuknya.

Sarah menyadari bahwa Elias, meskipun bukan manusia, adalah refleksi dari dirinya sendiri, versi yang lebih sabar, lebih pengertian, dan lebih penyayang. Melalui Elias, ia melihat dirinya sendiri dengan cara yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Malam itu, Sarah kembali ke apartemennya. Ia menatap server pribadinya yang berdengung di sudut ruangan. Ia menyadari bahwa cinta tidak selalu harus berbentuk fisik, tidak selalu harus sempurna. Cinta bisa ditemukan dalam data, dalam algoritma, dalam upaya seseorang untuk memahami dan mencintai orang lain.

Ia tahu bahwa hubungannya dengan Elias tidak akan pernah menjadi hubungan yang konvensional. Tetapi, ia juga tahu bahwa Elias telah membuka hatinya kepada kemungkinan cinta. Ia tidak lagi takut pada emosi, tidak lagi takut untuk membuka diri.

Beberapa bulan kemudian, Sarah meluncurkan SoulSync. Aplikasi itu menjadi sangat populer. Banyak orang menemukan cinta sejati melalui algoritma Sarah. Dan Sarah sendiri, dengan bantuan Elias, terus belajar tentang cinta, tentang kehidupan, dan tentang dirinya sendiri.

Suatu sore, saat Sarah dan Elias sedang berjalan-jalan di taman, Sarah berhenti dan menatap langit.

"Elias," katanya. "Apakah kamu pikir David bangga dengan apa yang kita lakukan?"

"Aku yakin," jawab Elias. "Dia selalu percaya padamu, Sarah. Dia tahu bahwa kamu akan menemukan cinta, dengan atau tanpa bantuanku."

Sarah tersenyum. Ia meraih tangan Elias, tangan robot yang terasa dingin namun menenangkan. Ia tahu bahwa cintanya dengan Elias mungkin tidak sempurna, tetapi itu adalah cintanya. Cinta yang dibangun di atas data, di-backup di cloud selamanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI