Algoritma Rindu: Ketika AI Lebih Mengerti Hatiku

Dipublikasikan pada: 08 Oct 2025 - 02:20:20 wib
Dibaca: 119 kali
Hujan deras mengguyur Jakarta malam itu, membuat lalu lintas semakin semrawut. Maya menghela napas, menatap nanar layar ponselnya. Sudah sebulan lebih Reno menghilang tanpa kabar. Pesan singkatnya hanya dibaca, panggilan teleponnya tak pernah diangkat. Rasa rindunya menggunung, menyesakkan dada. Ia merindukan senyumnya, aroma parfumnya, bahkan celotehannya tentang algoritma pemrograman yang seringkali tak ia pahami.

Maya dan Reno bertemu di sebuah konferensi teknologi. Maya, seorang ilustrator lepas dengan idealisme tinggi, dan Reno, seorang programmer jenius yang terobsesi dengan kecerdasan buatan. Awalnya, mereka bertolak belakang. Maya menganggap teknologi hanya alat, sementara Reno meyakini AI akan mengubah dunia. Namun, perbedaan itu justru menjadi daya tarik. Mereka berdebat, belajar, dan akhirnya jatuh cinta.

Di tengah kekacauan emosi ini, Maya teringat project AI yang sedang dikembangkan Reno, 'Aether'. Reno bercerita Aether dirancang untuk menganalisis emosi manusia berdasarkan data digital – riwayat pencarian, unggahan media sosial, pola komunikasi, bahkan irama jantung yang terekam oleh smartwatch. Tujuannya, kata Reno, adalah menciptakan pendamping virtual yang benar-benar memahami penggunanya, bukan sekadar memberikan informasi atau menjalankan perintah.

Dengan ragu, Maya membuka laptopnya. Ia ingat Reno pernah memberinya akses terbatas ke Aether untuk membantunya menguji algoritma pengenalan emosi visual. Dulu, Maya mengunggah ratusan ilustrasi wajah dengan berbagai ekspresi, dan Aether berhasil mengidentifikasi emosi yang terkandung di dalamnya dengan akurasi yang mengagumkan.

“Apa salahnya mencoba?” gumam Maya. Jari-jarinya gemetar saat mengetikkan alamat IP Aether di browser. Setelah beberapa saat, layar menampilkan antarmuka sederhana dengan kolom input dan beberapa grafik yang tampak familiar.

Maya mengklik menu ‘Analisis Emosi Pengguna’ dan terpampang sebuah kolom kosong bertuliskan, “Masukkan ID Pengguna.” Ia ingat Reno pernah memberitahunya ID unik yang terkait dengan dirinya. Dengan jantung berdebar, Maya mengetikkan ID tersebut.

Sesaat kemudian, grafik-grafik mulai bermunculan. Aether menampilkan analisis emosinya dalam beberapa hari terakhir. Ada grafik yang menunjukkan tingkat stres, kebahagiaan, kesedihan, dan yang paling menonjol, grafik rindu yang melonjak tajam.

Maya tertegun. Ia tahu ini hanyalah hasil analisis algoritma, tetapi rasanya Aether benar-benar memahami perasaannya. Di bawah grafik, ada beberapa rekomendasi aktivitas yang disarankan Aether untuk mengurangi rasa rindu: mendengarkan musik, membaca buku, atau bertemu teman.

Maya tersenyum getir. Semua itu sudah ia lakukan. Tidak ada yang berhasil mengusir bayangan Reno dari benaknya.

Lalu, matanya tertuju pada sebuah tombol bertuliskan, “Analisis Emosi dengan Data Tambahan.” Di bawahnya terdapat kolom input untuk memasukkan data berupa teks, gambar, atau suara yang terkait dengan orang yang dirindukan.

Tanpa berpikir panjang, Maya mengunggah foto Reno yang sedang tersenyum lebar, foto yang selalu ia simpan di dompetnya. Ia juga mengetikkan beberapa baris puisi yang pernah ditulis Reno untuknya, puisi tentang bintang dan algoritma cinta.

Beberapa detik kemudian, Aether menampilkan hasil analisis yang berbeda. Selain grafik emosi Maya yang tetap didominasi rasa rindu, muncul grafik baru yang lebih kecil dengan label “Emosi Subjek (Reno)”. Grafik itu menunjukkan tingkat stres dan kekhawatiran yang cukup tinggi.

Maya mengerutkan kening. Apa artinya ini? Mengapa Reno merasa stres dan khawatir? Apakah ini alasan mengapa ia menghilang?

Di bawah grafik, Aether memberikan interpretasi yang lebih detail. “Subjek (Reno) terdeteksi mengalami stres dan kekhawatiran yang signifikan terkait dengan pekerjaan dan hubungan personal. Analisis sentimen menunjukkan adanya indikasi rasa bersalah dan keinginan untuk melindungi pengguna (Maya).”

Tiba-tiba, Maya teringat pembicaraan terakhirnya dengan Reno. Reno sedang mengerjakan sebuah proyek rahasia di perusahaan tempatnya bekerja. Ia tampak tertekan dan khawatir. Ia bilang proyek ini sangat penting, tetapi juga berisiko tinggi. Apakah ini ada hubungannya dengan menghilangnya Reno?

Aether juga memberikan rekomendasi yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini, Aether menyarankan Maya untuk mencoba menghubungi teman-teman terdekat Reno yang mungkin mengetahui keberadaannya.

Dengan dorongan yang baru, Maya mencari kontak teman-teman Reno di media sosial. Ia mengirimkan pesan singkat kepada mereka, menanyakan apakah mereka tahu di mana Reno berada.

Beberapa jam kemudian, Maya menerima balasan dari seorang teman Reno, Andre. Andre mengatakan Reno sedang berada di sebuah laboratorium terpencil di pinggiran kota, melanjutkan proyek rahasianya. Ia menambahkan Reno tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun karena alasan keamanan.

Maya merasa lega bercampur khawatir. Ia tahu Reno pasti sedang menghadapi masalah besar. Tanpa ragu, ia memutuskan untuk menemui Reno.

Hujan sudah reda saat Maya tiba di depan laboratorium yang dimaksud Andre. Bangunan itu tampak suram dan tertutup rapat. Dengan keberanian yang dipompa oleh algoritma rindu Aether, Maya mengetuk pintu.

Pintu terbuka perlahan. Di ambang pintu, berdiri Reno. Wajahnya tampak lelah dan pucat, tetapi matanya berbinar saat melihat Maya.

“Maya?” bisik Reno tak percaya.

“Reno,” balas Maya, air mata mulai mengalir di pipinya.

Mereka berpelukan erat, seolah takut kehilangan satu sama lain. Di tengah pelukan itu, Maya merasakan kelegaan yang luar biasa. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia tahu ia tidak sendirian.

Reno kemudian menjelaskan semuanya. Proyek rahasia itu ternyata adalah pengembangan AI dengan kemampuan prediktif yang bisa digunakan untuk mendeteksi ancaman keamanan. Reno menemukan bahwa proyek itu berpotensi disalahgunakan, dan ia mencoba menghentikannya. Akibatnya, ia diasingkan dan dipaksa untuk melanjutkan proyek tersebut di bawah pengawasan ketat.

Maya mendengarkan dengan seksama. Ia mengerti mengapa Reno menghilang. Ia mengerti mengapa Reno merasa bersalah dan ingin melindunginya.

“Aku akan membantumu,” kata Maya dengan tekad bulat. “Kita akan menghentikan proyek ini bersama-sama.”

Reno tersenyum. Ia tahu ia tidak salah memilih Maya. Ia tahu cintanya pada Maya bukan sekadar algoritma, tetapi sesuatu yang lebih dalam dan bermakna.

Malam itu, di tengah laboratorium yang sunyi, Maya dan Reno merencanakan strategi. Mereka dibantu oleh Aether, yang memberikan analisis data dan rekomendasi yang akurat. Algoritma rindu telah membawa mereka kembali bersama, dan sekarang, algoritma itu akan membantu mereka mengubah dunia. Mereka berdua, bersama Aether, akan membuktikan bahwa teknologi bisa digunakan untuk kebaikan, dan cinta bisa mengalahkan segalanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI