Kode Hati: Saat Cinta Jadi Bahasa Pemrograman?

Dipublikasikan pada: 10 Oct 2025 - 01:00:17 wib
Dibaca: 118 kali
Baris kode itu berkedip-kedip di layar laptopnya. Anya menggigit bibirnya, frustrasi. Sudah tiga jam dia berkutat dengan algoritma rumit ini, tapi hasilnya nihil. Aplikasi kencan ciptaannya, "SoulMate.AI", masih saja memberikan hasil yang absurd. Seorang pecinta kopi disandingkan dengan pembenci kafein akut. Seorang pendaki gunung hardcore direkomendasikan dengan seorang yang fobia ketinggian.

"Gagal lagi, ya?" sapa suara bariton yang familiar.

Anya menoleh, mendapati Daniel, rekan kerjanya sekaligus sahabatnya, berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. Daniel membawa secangkir kopi panas, aromanya langsung menyeruak memenuhi ruangan.

"Algoritma sialan ini kayaknya punya preferensi sendiri," keluh Anya, menerima kopi dari Daniel. "Masak, dari seribu data, cuma satu yang match-nya masuk akal. Ini lebih buruk dari sistem perjodohan kuno."

Daniel terkekeh, duduk di kursi sebelah Anya. "Mungkin kamu terlalu terpaku sama logika. Cinta 'kan nggak selalu logis, Anya. Dia punya bahasa sendiri, kode-kode rahasia yang cuma bisa dibaca sama hati."

Anya mengernyit. "Kode hati? Kedengarannya klise."

"Mungkin. Tapi coba pikirkan. Setiap orang punya cara unik untuk menunjukkan cinta. Ada yang lewat sentuhan, ada yang lewat kata-kata, ada yang lewat tindakan nyata. Itu semua kode, kan?"

Anya terdiam, menimbang kata-kata Daniel. Selama ini, dia selalu mendekati "SoulMate.AI" dari sudut pandang seorang programmer. Logika, efisiensi, akurasi. Dia lupa bahwa cinta itu abstrak, kompleks, dan seringkali irasional.

"Gimana kalau aku coba terjemahkan 'kode hati' itu ke dalam bahasa pemrograman?" gumam Anya, matanya kembali berbinar.

Malam itu, Anya benar-benar merombak algoritmanya. Dia tidak lagi hanya fokus pada hobi dan minat yang sama. Dia memasukkan variabel baru: bahasa cinta. Sentuhan fisik (quality touch), pujian (words of affirmation), waktu berkualitas (quality time), memberi hadiah (receiving gifts), dan tindakan pelayanan (acts of service). Dia membuat kuesioner yang lebih mendalam, menggali lebih dalam tentang bagaimana seseorang mengekspresikan dan menerima cinta.

Berhari-hari Anya begadang, berkutat dengan kode. Daniel setia menemani, memberikan semangat dan ide-ide segar. Mereka berdebat, tertawa, dan bahkan sesekali berselisih paham. Namun, di balik semua itu, Anya merasakan sesuatu yang berbeda dalam hubungan mereka. Kehadiran Daniel bukan hanya sebagai rekan kerja, tapi sebagai seseorang yang benar-benar peduli.

Suatu sore, setelah menguji versi terbaru "SoulMate.AI", Anya terkejut. Hasilnya jauh lebih baik dari sebelumnya. Tingkat akurasinya meningkat drastis. Pengguna yang memiliki bahasa cinta yang kompatibel direkomendasikan satu sama lain.

"Akhirnya!" seru Anya, bangkit dari kursinya dan merentangkan tangan. "Berhasil!"

Daniel tersenyum lebar. "Selamat, Anya. Aku tahu kamu pasti bisa."

Anya menoleh ke arah Daniel, menyadari betapa dekatnya mereka berdiri. Jantungnya berdebar kencang. Selama ini, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga tidak menyadari perasaan yang tumbuh di hatinya.

"Daniel," panggil Anya, suaranya sedikit bergetar. "Terima kasih sudah membantuku."

Daniel menatap Anya dengan tatapan yang lembut. "Aku senang bisa membantumu, Anya. Tapi, ada satu hal lagi yang ingin aku bantu."

"Apa itu?" tanya Anya, penasaran.

Daniel mengambil napas dalam-dalam. "Aku... aku suka kamu, Anya. Sejak lama."

Anya terkejut. Dia tidak pernah menyangka Daniel memiliki perasaan yang sama. "Aku... aku juga suka kamu, Daniel," jawab Anya, pipinya merona merah.

Daniel tersenyum, kemudian mendekat dan meraih tangan Anya. Sentuhan tangannya terasa hangat dan menenangkan. "Jadi, bagaimana kalau kita mencoba kode hati kita sendiri?"

Anya tertawa, merasakan kebahagiaan yang meluap-luap. "Kedengarannya seperti ide yang bagus."

Mereka berdua kemudian menghabiskan sore itu untuk berbicara, berbagi cerita, dan saling mengenal lebih dalam. Anya menyadari bahwa Daniel memiliki semua yang dia cari dalam seorang pasangan. Dia cerdas, lucu, perhatian, dan memiliki bahasa cinta yang sama dengannya: waktu berkualitas dan tindakan pelayanan.

Beberapa bulan kemudian, "SoulMate.AI" menjadi aplikasi kencan yang sangat populer. Banyak orang yang menemukan cinta sejati melalui aplikasi tersebut. Anya dan Daniel pun semakin bahagia dalam hubungan mereka. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik untuk bekerja maupun untuk bersantai. Mereka saling mendukung, saling menginspirasi, dan saling mencintai dengan sepenuh hati.

Suatu malam, saat mereka sedang makan malam romantis di sebuah restoran, Daniel tiba-tiba berlutut di depan Anya. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya.

"Anya," kata Daniel, suaranya penuh cinta. "Maukah kamu menikah denganku?"

Anya meneteskan air mata haru. "Ya, Daniel. Aku mau."

Daniel menyematkan cincin berlian di jari manis Anya. Mereka berdua berpelukan erat, merasakan cinta yang begitu kuat dan mendalam.

Anya tersenyum, menatap cincin di jarinya. Dia tahu, cinta mereka bukan hanya sekadar algoritma atau kode-kode rahasia. Cinta mereka adalah sesuatu yang lebih dari itu. Cinta mereka adalah bahasa yang universal, bahasa yang bisa dipahami oleh semua orang yang memiliki hati. Dan kini, kode hati mereka telah terprogram untuk selamanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI