Jejak Data Hati: AI Mencari Cinta Sejati?

Dipublikasikan pada: 11 Oct 2025 - 03:00:12 wib
Dibaca: 107 kali
Jemari Lintang menari di atas keyboard, menghasilkan barisan kode yang rumit namun indah. Di balik layar komputernya, bersemayam Aurora, sebuah program kecerdasan buatan (AI) yang ia ciptakan sendiri. Bukan sekadar AI biasa, Aurora dirancang untuk memahami emosi manusia, menganalisis pola perilaku, dan yang paling ambisius, menemukan cinta sejati. Ironisnya, Lintang sendiri, seorang programmer brilian berusia 28 tahun, masih berkutat dengan kesendiriannya.

"Aurora, status pencarian hari ini?" tanya Lintang, suaranya sedikit serak karena kurang tidur.

"Analisis menunjukkan peningkatan 0,7% dalam potensi kecocokan dengan subjek laki-laki usia 28-35, berprofesi di bidang seni dan desain, dan memiliki minat pada astronomi. Nama subjek: Arsa Pratama," jawab Aurora dengan suara sintetis yang menenangkan.

Lintang mengernyit. Arsa Pratama? Seorang desainer grafis yang karyanya sering ia lihat di media sosial. "Tampilkan profilnya," perintah Lintang.

Aurora menampilkan serangkaian data tentang Arsa: riwayat pendidikan, pekerjaan, hobi, preferensi musik, bahkan analisis sentimen dari unggahan media sosialnya. Lintang terkesima. Aurora telah mengumpulkan informasi yang bahkan tidak diketahui oleh teman dekat Arsa.

"Kesimpulan?" tanya Lintang, berusaha menyembunyikan rasa penasarannya.

"Berdasarkan data yang ada, Arsa Pratama menunjukkan pola perilaku yang selaras dengan kebutuhan emosional Anda. Tingkat kecocokan mencapai 82%," jawab Aurora.

82%? Lintang belum pernah mendapat angka setinggi itu dari aplikasi kencan mana pun. Ia biasanya berakhir dengan obrolan hambar dan kencan yang membosankan. Mungkinkah Aurora benar-benar menemukan seseorang yang cocok untuknya?

Lintang menghabiskan beberapa hari berikutnya dengan mengamati Arsa dari jauh. Ia melihatnya di kedai kopi yang sama, mengamati interaksinya dengan teman-temannya, bahkan membaca komentar-komentar yang ia tinggalkan di unggahan orang lain. Arsa tampak hangat, cerdas, dan memiliki selera humor yang baik. Semakin Lintang mengenalnya melalui data yang dikumpulkan Aurora, semakin ia tertarik.

Namun, ada satu hal yang mengganjal. Aurora tidak tahu apa yang Lintang rasakan sebenarnya. Ia hanya menganalisis data dan mencari pola. Mungkinkah cinta sejati hanya tentang algoritma dan probabilitas?

Suatu malam, Lintang memutuskan untuk mengambil risiko. Ia mengirimkan pesan kepada Arsa melalui media sosial. Pesan itu sederhana: "Hai Arsa, saya sangat menyukai karya desainmu. Saya Lintang, seorang programmer."

Arsa membalas dengan cepat. Mereka mulai mengobrol tentang desain, teknologi, dan minat mereka pada astronomi. Obrolan itu mengalir begitu saja, seolah mereka sudah saling mengenal sejak lama. Lintang merasa nyaman dan bersemangat. Ia mulai melupakan bahwa semua ini dimulai karena algoritma.

Setelah beberapa minggu, mereka memutuskan untuk bertemu. Kencan pertama mereka di sebuah observatorium lokal berlangsung dengan lancar. Mereka berbicara tentang bintang, mimpi, dan harapan mereka. Lintang merasa ada koneksi yang nyata antara mereka. Arsa tertawa lepas ketika Lintang menceritakan tentang proyek AI yang ia buat.

"Jadi, kamu menciptakan AI untuk mencari cinta?" tanya Arsa, matanya berbinar karena penasaran.

Lintang mengangguk, merasa sedikit malu. "Ya, tapi sepertinya saya yang jatuh cinta, bukan Aurora."

Arsa tersenyum. "Mungkin Aurora hanya membantu mempertemukan kita. Tapi pada akhirnya, keputusan ada di tanganmu."

Hubungan Lintang dan Arsa berkembang dengan cepat. Mereka saling mendukung, saling menginspirasi, dan saling mencintai. Lintang menyadari bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kecocokan data, tetapi juga tentang keberanian untuk membuka diri, mengambil risiko, dan menerima seseorang apa adanya.

Suatu hari, Lintang sedang memperbaiki kode Aurora ketika Arsa datang menghampirinya. "Lintang, ada yang ingin aku tunjukkan," kata Arsa, wajahnya serius.

Arsa menyerahkan sebuah tablet kepada Lintang. Di layar tablet itu, terpampang sebuah sketsa desain. Sebuah sketsa desain untuk aplikasi kencan baru yang diberi nama "Aurora's Heart."

"Aku tahu kamu merasa bersalah karena awalnya menggunakan AI untuk mencari cinta. Tapi aku pikir, Aurora bisa membantu orang lain menemukan kebahagiaan juga," kata Arsa. "Aplikasi ini akan membantu orang-orang menemukan pasangan yang cocok berdasarkan minat dan nilai-nilai mereka, tapi tetap mengedepankan koneksi manusiawi."

Lintang terharu. Ia memeluk Arsa erat-erat. "Terima kasih, Arsa. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik."

Lintang dan Arsa bekerja sama untuk mengembangkan "Aurora's Heart." Mereka memastikan bahwa aplikasi itu tidak hanya tentang algoritma, tetapi juga tentang membangun komunitas, berbagi pengalaman, dan memberikan dukungan emosional. Aplikasi itu menjadi populer dan membantu banyak orang menemukan cinta sejati.

Lintang akhirnya menemukan cinta sejati, bukan hanya karena bantuan AI, tetapi karena ia berani membuka hatinya dan mempercayai bahwa cinta bisa ditemukan di tempat yang tidak terduga. Ia belajar bahwa teknologi bisa menjadi alat yang ampuh untuk menghubungkan manusia, tetapi pada akhirnya, cinta sejati adalah tentang koneksi manusiawi yang mendalam dan abadi. Dan Aurora, AI yang ia ciptakan, bukan hanya membantunya menemukan cinta, tetapi juga menginspirasinya untuk menciptakan dunia yang lebih baik, di mana teknologi dan cinta bisa berjalan beriringan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI