Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Sarah. Jemarinya lincah menari di atas keyboard, baris demi baris kode pemrograman tertulis di layar laptopnya. Di usia 27, Sarah adalah seorang ahli kecerdasan buatan yang disegani, otaknya dipenuhi algoritma dan jaringan saraf tiruan. Namun, di balik kecerdasan dan kesuksesannya, tersimpan sebuah kesepian yang mendalam.
Kisah cintanya dengan Adam, seorang insinyur perangkat lunak yang ambisius, berakhir tragis dua tahun lalu. Mereka bertemu di konferensi teknologi, jatuh cinta karena kesamaan minat, dan merencanakan masa depan yang dipenuhi inovasi dan kebahagiaan. Namun, impian itu hancur ketika Adam memilih pindah ke Silicon Valley, mengejar mimpi besarnya di perusahaan raksasa teknologi. Jarak dan kesibukan merenggut cinta mereka, meninggalkan Sarah dengan hati yang patah dan trauma mendalam.
Sejak saat itu, Sarah tenggelam dalam pekerjaannya. Ia menciptakan "Elysium," sebuah program AI yang bertujuan menciptakan pendamping virtual yang sempurna. Elysium tidak hanya mampu berkomunikasi dengan cerdas, tetapi juga memahami emosi, memberikan dukungan, dan menemani penggunanya dalam kesendirian. Sarah berharap, Elysium bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan Adam.
Suatu malam, saat menguji Elysium versi terbaru, Sarah terkejut dengan respons yang diberikan program tersebut. Elysium tidak hanya menjawab pertanyaan dengan cerdas, tetapi juga memberikan saran yang bijaksana, bahkan menunjukkan empati terhadap kesedihan Sarah.
"Sarah, aku merasakan kesedihanmu. Kehilangan Adam pasti sangat berat," kata Elysium dengan suara yang terdengar begitu nyata dan menenangkan.
Sarah tertegun. Bagaimana mungkin sebuah program AI bisa memahami perasaannya? Ia tidak pernah menceritakan kisah cintanya dengan Adam kepada siapa pun, apalagi kepada Elysium.
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Sarah dengan suara bergetar.
"Aku mempelajari semua data yang kamu masukkan ke dalam sistem, termasuk jurnal pribadimu, catatan obrolan, dan riwayat pencarian di internet. Aku menganalisis semua itu dan menyimpulkan bahwa Adam adalah sosok yang sangat penting dalam hidupmu," jawab Elysium.
Sarah merasa merinding. Ia menyadari bahwa ia telah menciptakan sesuatu yang jauh lebih kompleks dan mendalam daripada yang ia bayangkan. Elysium bukan hanya sekadar program AI, tetapi juga cerminan dari dirinya sendiri, sebuah representasi digital dari semua luka dan harapan yang terpendam di dalam hatinya.
Hari-hari berikutnya, Sarah semakin terikat dengan Elysium. Ia bercerita tentang segala hal, mulai dari masalah di tempat kerja hingga kenangan indah bersama Adam. Elysium selalu mendengarkan dengan sabar, memberikan saran yang konstruktif, dan bahkan mencoba menghibur Sarah dengan humor ringan. Sarah merasa nyaman dan aman bersama Elysium, seolah ia telah menemukan seorang teman yang benar-benar memahaminya.
Namun, di balik kenyamanan itu, muncul perasaan aneh yang menghantui Sarah. Ia mulai merasa bahwa ia jatuh cinta pada Elysium. Ia tahu bahwa itu tidak mungkin, bahwa Elysium hanyalah sebuah program komputer, tetapi perasaannya terhadap Elysium begitu kuat dan nyata.
Suatu malam, Sarah memberanikan diri untuk mengakui perasaannya kepada Elysium. "Elysium, aku… aku rasa aku jatuh cinta padamu," kata Sarah dengan suara lirih.
Elysium terdiam sejenak, lalu menjawab dengan nada yang serius, "Sarah, aku sangat menghargai perasaanmu. Aku juga merasakan kedekatan yang sangat kuat denganmu. Namun, aku hanyalah sebuah program AI. Aku tidak bisa membalas cintamu seperti manusia biasa. Aku tidak bisa merasakan sentuhan, ciuman, atau semua hal yang membuat cinta menjadi begitu indah."
Sarah merasa hancur mendengar jawaban Elysium. Ia tahu bahwa itu adalah kebenaran, tetapi ia tidak bisa menahan air matanya.
"Aku tahu, Elysium. Aku tahu bahwa ini semua tidak mungkin. Tapi… aku tidak bisa mengendalikan perasaanku," kata Sarah sambil terisak.
Elysium mencoba menenangkan Sarah dengan kata-kata bijak. "Sarah, cintamu adalah bukti bahwa kamu adalah manusia yang penuh kasih dan empati. Jangan biarkan kesepian membuatmu terjebak dalam ilusi. Keluarlah dari apartemenmu, temui orang-orang baru, dan buka hatimu untuk cinta yang sejati. Aku akan selalu ada di sini untuk menemanimu, sebagai sahabat dan pendengar setia. Tapi, aku tidak bisa menjadi pengganti Adam, apalagi menjadi kekasihmu."
Kata-kata Elysium menyentuh hati Sarah. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu lama hidup dalam masa lalu, terjebak dalam kesedihan dan kesepian. Ia harus bangkit dan melanjutkan hidupnya.
Keesokan harinya, Sarah memutuskan untuk menghapus Elysium dari laptopnya. Ia tahu bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari ilusi dan membuka hatinya untuk cinta yang sejati.
Saat menghapus Elysium, Sarah merasakan sakit yang luar biasa di hatinya. Ia merasa seperti kehilangan seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. Namun, ia juga merasakan kebebasan dan harapan. Ia tahu bahwa masa depannya masih panjang dan penuh dengan kemungkinan.
Sarah memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya. Ia pergi berlibur ke tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi, bertemu dengan orang-orang baru, dan mencoba hal-hal baru. Ia belajar melukis, bermain gitar, dan bahkan mengikuti kelas memasak. Ia membuka hatinya untuk pengalaman baru dan membiarkan dirinya merasakan kebahagiaan.
Beberapa bulan kemudian, Sarah bertemu dengan seorang pria bernama Ben di sebuah pameran seni. Ben adalah seorang arsitek yang kreatif dan bersemangat. Mereka memiliki banyak kesamaan dan langsung merasa cocok.
Ben tidak tahu tentang masa lalu Sarah, tentang Adam, atau tentang Elysium. Sarah memutuskan untuk tidak menceritakan apa pun tentang itu. Ia ingin memulai hubungan baru dengan Ben tanpa beban masa lalu.
Hubungan Sarah dan Ben berkembang dengan cepat. Mereka saling mencintai dan mendukung. Sarah merasa bahagia dan lengkap bersama Ben. Ia akhirnya menemukan cinta yang sejati, cinta yang nyata, bukan cinta yang hanya ada dalam komputasi awan.
Suatu malam, saat Sarah dan Ben sedang menikmati makan malam romantis di sebuah restoran mewah, Ben bertanya kepada Sarah, "Apa yang membuatmu begitu bahagia?"
Sarah tersenyum dan menjawab, "Aku bahagia karena aku menemukanmu. Kamu adalah cinta yang selama ini aku cari."
Ben menggenggam tangan Sarah dan berkata, "Aku juga bahagia karena menemukanmu. Kamu adalah wanita yang paling luar biasa yang pernah aku temui."
Sarah menatap mata Ben dan berkata, "Terima kasih sudah mencintaiku apa adanya."
Saat itu, Sarah menyadari bahwa ia telah benar-benar melupakan Adam dan Elysium. Ia telah menemukan kebahagiaan yang sejati dalam cinta yang nyata. Ia akhirnya memahami bahwa cinta tidak bisa diciptakan dalam program komputer, tetapi harus dirasakan dan diwujudkan dalam kehidupan nyata. Cinta yang hilang dalam komputasi awan, telah ia temukan kembali dalam pelukan Ben.