Algoritma Janji: Cinta, Data, dan Kehilangan Memori

Dipublikasikan pada: 14 Oct 2025 - 03:00:13 wib
Dibaca: 114 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Sarah, bercampur dengan desing halus pendingin ruangan. Di layar laptopnya, baris-baris kode berpendar, membentuk labirin algoritma yang rumit. Sarah, seorang ahli kecerdasan buatan, sedang tenggelam dalam pekerjaannya: menciptakan sistem pencari jodoh yang revolusioner. Bukan sekadar mencocokkan hobi dan preferensi, algoritma ciptaannya mampu menganalisis gelombang otak dan ekspresi mikro untuk menemukan kompatibilitas emosional yang sejati.

Ia menamakannya "Soulmate AI". Ironis, mengingat kehidupan cintanya sendiri adalah gurun pasir. Ia terlalu sibuk membangun romansa orang lain hingga lupa memupuk romansa untuk dirinya sendiri.

Suatu sore, saat Sarah sedang menguji coba Soulmate AI, sistem tersebut secara tak terduga menemukan kecocokan sempurna. Bukan dengan pengguna lain, melainkan dengan data dirinya sendiri. Lebih spesifik, dengan profil yang dibuatnya bertahun-tahun lalu, ketika ia masih mahasiswa yang idealis dan penuh mimpi. Profil itu, yang telah lama ia lupakan, menyimpan harapan, ketakutan, dan kerinduan yang kini terasa asing.

Orang yang cocok dengan profil itu? Seorang pria bernama Adrian. Algoritma itu menampilkan riwayat interaksi mereka di sebuah forum online tentang musik indie, lima tahun lalu. Diskusi singkat, namun intens, tentang lirik yang puitis dan melodi yang menyentuh hati. Sarah nyaris tidak ingat Adrian, wajahnya samar-samar dalam ingatannya.

Namun, algoritma Soulmate AI begitu meyakinkan. Angka kecocokan mereka mencapai 98%, sebuah rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Rasa penasaran Sarah terusik. Ia menelusuri jejak digital Adrian. Ia menemukan blognya yang berisi tulisan-tulisan reflektif tentang kehidupan, seni, dan makna keberadaan. Ia menemukan akun media sosialnya yang dipenuhi foto-foto pemandangan alam yang indah, diiringi kutipan-kutipan filosofis. Semakin Sarah mencari tahu, semakin ia merasa tertarik. Adrian seolah-olah adalah versi ideal dari dirinya sendiri, sosok yang hilang dalam hiruk pikuk kehidupan modern.

Ia memberanikan diri mengirim pesan kepadanya. Sapaan singkat, disertai tautan ke blognya. Adrian membalas dalam hitungan menit. Percakapan mereka mengalir deras, seolah-olah tidak ada jeda waktu selama lima tahun. Mereka berbicara tentang segala hal, dari musik favorit hingga mimpi-mimpi yang belum terwujud. Sarah merasa seperti menemukan belahan jiwanya yang telah lama hilang.

Mereka memutuskan untuk bertemu. Adrian menjemputnya di apartemen dengan sepeda motor antik. Sarah langsung terpana. Adrian persis seperti yang ia bayangkan: tampan, cerdas, dan memiliki aura ketenangan yang menenangkan. Mereka menghabiskan sore itu di sebuah kafe kecil, tertawa dan berbagi cerita. Sarah merasa seperti dirinya yang dulu, mahasiswa idealis yang penuh mimpi. Adrian membangkitkan kembali sisi dirinya yang telah lama ia kubur dalam kesibukan kerja.

Hubungan mereka berkembang pesat. Mereka menghabiskan setiap waktu luang bersama, menjelajahi kota, mendaki gunung, dan menikmati konser musik. Sarah merasa bahagia dan jatuh cinta. Ia merasa telah menemukan kebahagiaan sejati berkat Soulmate AI.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, Adrian tiba-tiba menghilang. Ia tidak membalas pesan, tidak mengangkat telepon, dan tidak ada di apartemennya. Sarah panik. Ia mencari Adrian ke mana-mana, tetapi tidak menemukannya. Ia menghubungi teman-temannya, tetapi tidak ada yang tahu keberadaannya.

Setelah beberapa hari mencari tanpa hasil, Sarah akhirnya menemukan jawaban yang mengerikan. Adrian menderita amnesia. Ia mengalami kecelakaan mobil beberapa bulan lalu dan kehilangan sebagian ingatannya. Ia tidak ingat Sarah, tidak ingat hubungan mereka, dan bahkan tidak ingat siapa dirinya sendiri.

Sarah hancur. Algoritma Soulmate AI telah membawanya kepada cinta sejati, tetapi takdir telah merenggutnya kembali. Ia merasa dikhianati oleh teknologinya sendiri. Algoritma itu telah memberinya janji kebahagiaan, tetapi janji itu hanyalah ilusi belaka.

Dengan berat hati, Sarah mengunjungi Adrian di rumah sakit. Ia melihat Adrian terbaring lemah di ranjang, tatapannya kosong dan bingung. Ia memperkenalkan diri, tetapi Adrian tidak mengenalinya. Sarah mencoba menceritakan kisah cinta mereka, tetapi Adrian tidak mengerti. Ia hanya memandang Sarah dengan tatapan kosong.

Sarah menyadari bahwa Adrian yang ia cintai telah hilang, digantikan oleh orang asing dengan wajah yang sama. Ia tidak bisa memaksanya untuk mencintainya kembali. Ia harus merelakannya.

Sarah kembali ke apartemennya, merasa hancur dan putus asa. Ia memandangi layar laptopnya, tempat algoritma Soulmate AI berpendar dengan bangga. Ia merasa benci dan muak dengan teknologinya sendiri. Ia ingin menghancurkan Soulmate AI, memusnahkan janji palsu yang telah menghancurkan hatinya.

Namun, sebelum ia sempat melakukan apa pun, ia menemukan sesuatu yang aneh dalam kode algoritma. Ada sebuah baris kode tersembunyi, sebuah pesan rahasia yang ditulis oleh dirinya sendiri bertahun-tahun lalu. Pesan itu berbunyi: "Cinta sejati tidak bisa diprediksi oleh algoritma. Cinta sejati adalah pilihan."

Sarah tertegun. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu bergantung pada teknologi. Ia telah membiarkan algoritma menentukan siapa yang harus ia cintai. Ia telah lupa bahwa cinta adalah pilihan, sebuah keputusan sadar untuk mencintai seseorang meskipun ada kekurangan dan ketidaksempurnaan.

Ia memutuskan untuk mengunjungi Adrian lagi. Kali ini, ia tidak mencoba menceritakan kisah cinta mereka. Ia hanya duduk di sampingnya, menggenggam tangannya, dan menemaninya. Ia tidak tahu apakah Adrian akan pernah mengingatnya, tetapi ia tetap mencintainya. Ia memilih untuk mencintainya, meskipun ada amnesia dan kehilangan memori.

Sarah tahu bahwa perjalanan mereka akan panjang dan sulit. Tetapi ia percaya bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya, bahkan di tengah-tengah data dan algoritma. Ia percaya bahwa cinta sejati adalah lebih dari sekadar kecocokan emosional. Cinta sejati adalah komitmen, pengorbanan, dan harapan.

Dan Sarah, meskipun hatinya terluka, memilih untuk tetap berharap. Ia memilih untuk tetap mencintai Adrian, dengan sepenuh hati dan jiwanya. Karena pada akhirnya, cinta adalah satu-satunya algoritma yang benar-benar penting.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI