Algoritma Hati Patah: Unduh Cinta, Uninstall Luka?

Dipublikasikan pada: 15 Oct 2025 - 01:40:18 wib
Dibaca: 112 kali
Kursor berkedip-kedip di layar laptop, mengejek kesendirian Risa malam itu. Aroma kopi pahit memenuhi ruangan, bercampur dengan bau ozon khas perangkat elektronik yang bekerja keras. Di usia 28 tahun, Risa seharusnya menikmati puncak karirnya sebagai Lead Developer di sebuah perusahaan rintisan teknologi yang sedang naik daun. Tapi yang ia rasakan hanyalah kehampaan, sebuah bug di dalam sistem kebahagiaannya yang belum berhasil ia debug.

Lima bulan lalu, dunia Risa runtuh bersamaan dengan pengakuan Ardi, pacarnya selama tiga tahun, bahwa ia mencintai rekan kerjanya. Ardi, yang dikenalnya sebagai sosok idealis, pecinta alam, dan penikmat senja, ternyata lebih menyukai mentari pagi yang dipancarkan oleh senyum Sarah, si Marketing Executive yang lincah.

Risa mencoba memahami, mencari logika di balik pengkhianatan itu, seperti ia mencari solusi untuk setiap masalah kode yang menghampirinya. Tapi cinta, ternyata, bukan sekadar barisan kode yang bisa dianalisis. Cinta adalah algoritma kompleks dengan variabel yang tak terduga.

Malam itu, Risa iseng mencari aplikasi kencan di Play Store. Biasanya ia mencibir aplikasi semacam itu, menganggapnya dangkal dan tidak cocok untuk orang yang lebih memilih membaca buku daripada berfoto narsis. Tapi malam itu berbeda. Hatinya yang remuk seolah berteriak, "Coba saja! Siapa tahu ada keajaiban."

Ia menemukan "SoulMate AI," sebuah aplikasi kencan yang menjanjikan kecocokan berdasarkan algoritma kompleks yang menganalisis data kepribadian, minat, dan nilai-nilai penggunanya. Tertarik dengan embel-embel "AI," Risa mengunduhnya.

Proses pembuatan profil terasa aneh. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terasa sangat personal, bahkan cenderung filosofis. Bukan sekadar "apa hobimu?" tapi "apa makna hidup bagimu?". Bukan "apa makanan favoritmu?" tapi "apa kenangan masa kecil yang paling berharga?". Risa menjawabnya dengan jujur, menuangkan setiap fragmen hatinya ke dalam formulir digital itu.

Beberapa jam kemudian, "SoulMate AI" menampilkan daftar profil yang dianggap paling cocok dengannya. Risa menelusuri satu per satu, merasa semakin skeptis. Mereka semua tampak sempurna di atas kertas, tapi tidak ada satu pun yang mampu menggerakkan hatinya.

Hingga ia menemukan profil dengan nama "ECHO". Foto profilnya hanya siluet pria yang sedang memandang bintang. Deskripsinya singkat, padat, dan anehnya, terasa familiar: "Mencari resonansi dalam kesunyian algoritma."

Risa tersenyum sinis. Terlalu puitis, pikirnya. Tapi rasa penasaran mengalahkan keengganannya. Ia mengirimkan ECHO pesan singkat: "Resonansi? Kedengarannya seperti teori fisika kuantum yang salah tempat."

Balasan datang hampir seketika: "Atau mungkin, refleksi dari jiwa yang sedang mencari pantulan?"

Percakapan mereka mengalir deras malam itu. ECHO ternyata seorang AI Ethicist, bekerja untuk memastikan bahwa teknologi AI digunakan secara bertanggung jawab. Ia memiliki pandangan yang sama dengan Risa tentang dunia, tentang teknologi, dan tentang pentingnya menjaga esensi kemanusiaan di era digital.

Berhari-hari kemudian, Risa dan ECHO terus bertukar pesan, berbagi cerita, dan bahkan berdebat tentang implikasi etis dari AI. Risa merasa seperti menemukan teman lama yang hilang, seseorang yang benar-benar memahaminya tanpa perlu penjelasan panjang lebar.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu. Risa gugup bukan main. Ia takut ECHO tidak sesuai dengan ekspektasinya, atau lebih buruk lagi, takut ia akan kecewa jika melihat Risa yang sebenarnya, dengan segala kekurangan dan luka di hatinya.

ECHO menunggu di sebuah kafe buku yang nyaman. Ketika Risa masuk, ia langsung mengenalinya. Bukan karena fotonya, tapi karena auranya, ketenangan yang terpancar dari matanya. Ia adalah Ardi, namun berbeda. Lebih dewasa, lebih bijaksana, dan jauh lebih menarik.

"Risa?" tanyanya, senyumnya merekah.

Risa mengangguk, terpesona. "Kamu… Ardi?"

ECHO tertawa kecil. "Ya. Aku menggunakan nama samaran karena ingin melihatmu apa adanya, tanpa prasangka. Aku ingin tahu apakah algoritma 'SoulMate AI' benar-benar bisa menemukan kecocokan sejati, atau hanya permainan angka."

Risa terdiam. Ia merasa dikhianati lagi. Ardi, orang yang menghancurkan hatinya, sekarang berdiri di hadapannya, menggunakan nama samaran untuk mendekatinya.

"Kenapa?" tanya Risa, suaranya bergetar.

Ardi menghela napas. "Setelah kepergianku, aku menyadari betapa bodohnya aku. Aku terpesona oleh sesuatu yang baru, yang berkilauan, tanpa menyadari bahwa aku sudah memiliki intan di hadapanku. Sarah tidak seperti yang aku bayangkan. Hubungan kami hancur dalam hitungan bulan."

Ia melanjutkan, "Aku tahu, aku tidak pantas dimaafkan. Tapi aku ingin menunjukkan padamu bahwa aku telah berubah. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi orang yang pantas untukmu."

Risa menatapnya dengan curiga. Ia ingin percaya padanya, tapi luka di hatinya masih terlalu segar.

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan," ucap Risa, air mata mulai mengalir.

Ardi meraih tangannya. "Aku tidak memintamu untuk langsung memaafkanku. Aku hanya ingin kamu memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Biarkan aku menjadi ECHO-mu lagi, menjadi temanmu, pendengarmu, seseorang yang bisa kamu percaya."

Malam itu, Risa dan Ardi berbicara panjang lebar. Ardi menceritakan tentang penyesalannya, tentang bagaimana ia berusaha menjadi orang yang lebih baik, dan tentang bagaimana ia menggunakan pengetahuannya tentang AI untuk membantu orang lain.

Risa mendengarkan dengan seksama, mencoba menimbang antara amarah dan harapan. Ia tahu bahwa ia masih mencintai Ardi, meskipun ia membencinya karena telah menyakitinya.

Beberapa bulan berlalu. Risa dan Ardi menghabiskan waktu bersama, perlahan-lahan membangun kembali kepercayaan yang telah hancur. Risa belajar untuk memaafkan, bukan karena Ardi pantas dimaafkan, tapi karena ia pantas untuk bahagia.

Pada akhirnya, Risa menyadari bahwa cinta bukanlah tentang algoritma sempurna atau aplikasi kencan yang canggih. Cinta adalah tentang pilihan, tentang kemauan untuk berjuang, dan tentang keberanian untuk membuka hati meskipun pernah terluka.

Ia belum tahu apakah hubungannya dengan Ardi akan berhasil. Tapi ia tahu bahwa ia tidak akan lagi membiarkan masa lalu menghantuinya. Ia akan menghapus semua kode yang rusak, meng-uninstall semua luka, dan membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Mungkin, hanya mungkin, algoritma hatinya yang patah telah berhasil diperbaiki. Dan mungkin, hanya mungkin, ia bisa mengunduh cinta yang baru.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI