Hati yang di-Like AI: Romansa dalam Piksel dan Algoritma?

Dipublikasikan pada: 16 Oct 2025 - 03:40:14 wib
Dibaca: 112 kali
Aplikasi kencan "SoulMate AI" menjanjikan keajaiban: menemukan belahan jiwa yang cocok secara algoritma. Sarah, seorang pengembang perangkat lunak yang sibuk dan skeptis, awalnya menganggapnya sebagai lelucon. Jadwal kerjanya yang padat membuatnya sulit untuk berkencan secara tradisional, dan teman-temannya terus mendesaknya untuk mencoba SoulMate AI. Akhirnya, dengan sedikit enggan, ia mengunduh aplikasinya.

Prosesnya cukup sederhana. Sarah menjawab serangkaian pertanyaan mendalam tentang kepribadian, minat, nilai-nilai, dan harapan dalam hubungan. Algoritma SoulMate AI kemudian bekerja, mencocokkannya dengan para pengguna lain berdasarkan kompatibilitas yang diprediksi.

Awalnya, hasilnya mengecewakan. Sebagian besar profil yang disarankan terasa dangkal dan tidak menarik. Sarah hampir menyerah sampai ia menemukan profil bernama "Arjuna77."

Arjuna77, atau Arjuna Wijaya di dunia nyata, adalah seorang arsitek lanskap dengan minat pada seni, musik klasik, dan mendaki gunung. Profilnya ditulis dengan gaya yang cerdas dan reflektif, dan foto-fotonya menunjukkan senyum yang tulus dan mata yang penuh rasa ingin tahu. Ada sesuatu tentang Arjuna yang menarik perhatian Sarah.

Mereka mulai bertukar pesan. Percakapan mereka mengalir dengan mudah, melompat dari diskusi tentang buku favorit ke perdebatan tentang masa depan kecerdasan buatan. Sarah terkejut menemukan bahwa ia merasa nyaman dan terbuka dengan Arjuna, sesuatu yang jarang ia rasakan dengan orang asing.

Setelah beberapa minggu berinteraksi virtual, mereka memutuskan untuk bertemu secara langsung. Sarah merasa gugup saat menunggu Arjuna di sebuah kafe yang nyaman. Ia bertanya-tanya apakah koneksi yang mereka bangun secara online akan terwujud di dunia nyata.

Ketika Arjuna tiba, Sarah merasa lega. Ia tampak persis seperti yang digambarkannya dalam profilnya, bahkan lebih menarik. Senyumnya yang hangat menyambutnya, dan mata cokelatnya menatapnya dengan rasa ingin tahu dan ketertarikan.

Kencan pertama mereka berlangsung lebih lama dari yang mereka rencanakan. Mereka berbicara selama berjam-jam, menemukan lebih banyak kesamaan dan mengeksplorasi perbedaan mereka dengan rasa hormat dan humor. Sarah menyadari bahwa Arjuna bukan hanya sekadar algoritma yang cocok. Ia adalah seseorang yang cerdas, baik hati, dan penuh gairah, seseorang yang benar-benar memahaminya.

Seiring berjalannya waktu, Sarah dan Arjuna semakin dekat. Mereka pergi mendaki gunung bersama, menghadiri konser musik klasik, dan menjelajahi museum seni. Mereka saling mendukung dalam karier masing-masing dan saling menantang untuk tumbuh sebagai individu.

Namun, di balik kebahagiaan awal itu, muncul pertanyaan yang lebih dalam. Apakah cinta yang dibangun di atas dasar algoritma benar-benar nyata? Apakah Sarah mencintai Arjuna, ataukah ia mencintai representasi ideal dirinya yang diciptakan oleh SoulMate AI?

Sarah bergumul dengan keraguan ini. Ia mencoba menganalisis hubungan mereka, membedah setiap interaksi untuk mencari bukti bahwa cinta mereka palsu. Namun, semakin ia mencoba, semakin ia menyadari bahwa cinta tidak bisa direduksi menjadi sekadar data dan statistik.

Cinta, seperti yang ia temukan, adalah sesuatu yang lebih kompleks dan misterius. Itu adalah kombinasi dari ketertarikan fisik, koneksi emosional, nilai-nilai yang sama, dan komitmen untuk tumbuh bersama. Itu adalah sesuatu yang dibangun dari waktu ke waktu, melalui pengalaman bersama, percakapan yang jujur, dan dukungan tanpa syarat.

Arjuna menyadari perjuangan batin Sarah. Ia tidak marah atau tersinggung dengan keraguannya. Sebaliknya, ia menunjukkan pengertian dan kesabaran. Ia meyakinkannya bahwa ia mencintainya karena siapa ia, bukan karena apa yang diprediksi oleh algoritma.

"Sarah," kata Arjuna suatu malam saat mereka duduk di bawah bintang-bintang setelah mendaki gunung, "Aku tahu kamu mempertanyakan apakah cinta kita ini nyata. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak peduli bagaimana kita bertemu. Yang penting adalah bahwa kita saling menemukan, dan bahwa kita saling mencintai."

Kata-kata Arjuna menyentuh hati Sarah. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu fokus pada asal-usul hubungan mereka dan kurang memperhatikan apa yang telah mereka bangun bersama. Ia mencintai Arjuna karena ia membuatnya tertawa, karena ia membuatnya merasa aman dan dihargai, karena ia melihat dirinya dengan cara yang belum pernah dilihat oleh orang lain.

Sarah memeluk Arjuna dengan erat. "Aku mencintaimu, Arjuna," bisiknya. "Aku mencintaimu bukan karena algoritma, tapi karena kamu adalah kamu."

Dari titik itu, Sarah melepaskan keraguan dan merangkul cinta mereka sepenuhnya. Ia menyadari bahwa teknologi dapat menjadi alat yang berguna untuk menemukan koneksi, tetapi pada akhirnya, cinta sejati membutuhkan lebih dari sekadar kecocokan algoritma. Ia membutuhkan kepercayaan, kejujuran, dan komitmen untuk membangun hubungan yang langgeng.

Beberapa tahun kemudian, Sarah dan Arjuna menikah. Mereka membangun rumah yang indah, penuh dengan seni, buku, dan tawa. Mereka terus mengeksplorasi dunia bersama, menemukan petualangan baru dan memperdalam cinta mereka setiap hari.

Sarah masih bekerja sebagai pengembang perangkat lunak, dan ia bahkan berkontribusi pada pengembangan SoulMate AI, membantu meningkatkan algoritmanya dan membuatnya lebih efektif dalam menemukan pasangan yang cocok. Namun, ia tidak pernah melupakan pelajaran yang ia pelajari dari pengalamannya sendiri: bahwa cinta sejati tidak bisa diukur dengan angka, tetapi hanya bisa dirasakan dalam hati.

Dan meskipun kisah cinta mereka dimulai dengan bantuan algoritma, kisah mereka akhirnya menjadi bukti bahwa cinta sejati, bahkan cinta yang di-“like” AI, dapat menemukan jalan untuk mekar dalam piksel dan algoritma. Yang terpenting adalah membuka hati, melepaskan keraguan, dan percaya pada keajaiban cinta.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI