Upgrade Hati: Mencari Cinta di Balik Algoritma Sempurna

Dipublikasikan pada: 19 Oct 2025 - 02:40:12 wib
Dibaca: 106 kali
Aplikasi kencan itu bernama "SoulSync". Janji manisnya: menemukan pasangan yang paling kompatibel berdasarkan analisis mendalam terhadap kepribadian, minat, bahkan gelombang otak. Bagi Anya, seorang software engineer yang lebih akrab dengan barisan kode daripada interaksi sosial, SoulSync adalah harapan terakhir.

Anya sudah lelah dengan kencan buta yang diatur teman-temannya. Selalu berakhir dengan canggung, bahkan menyakitkan. Mereka bilang dia terlalu kaku, terlalu analitis. Mungkin mereka benar. Anya lebih nyaman dengan logika daripada emosi. Mungkin itu sebabnya dia menciptakan "Project Nightingale", sebuah program AI yang mampu mendeteksi dan menganalisis pola-pola kebahagiaan pada manusia. Ironis, bukan? Menciptakan kebahagiaan untuk orang lain, sementara dirinya sendiri kesulitan menemukannya.

SoulSync menjanjikan algoritma sempurna. Mereka mengklaim mampu menemukan "Soulmate 2.0", versi yang lebih baik dan efisien dari konsep cinta tradisional. Anya mendaftar dengan harapan yang skeptis. Dia mengisi kuesioner yang panjangnya tak terbayangkan, memasang sensor gelombang otak selama seminggu, dan bahkan menyetorkan sampel DNA.

Setelah penantian yang terasa seperti keabadian digital, SoulSync menampilkan profil "pasangan ideal" untuk Anya: seorang arsitek bernama Reyhan. Profilnya dipenuhi hobi yang sama dengan Anya, kecintaan pada musik indie dan film klasik, serta pandangan hidup yang selaras dengan idealismenya. Foto Reyhan menampilkan senyum hangat dan mata yang seolah berbicara banyak hal. Anya merasakan sesuatu yang aneh berdesir dalam dadanya.

Kencan pertama mereka di sebuah kafe kecil yang nyaman. Reyhan ternyata persis seperti yang diprofilkan SoulSync. Dia cerdas, humoris, dan memiliki ketertarikan yang tulus pada Project Nightingale. Mereka berbicara selama berjam-jam, membahas arsitektur modern, kompleksitas AI, dan makna kebahagiaan. Anya merasa untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus berpura-pura.

Kencan-kencan selanjutnya terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Reyhan selalu tahu apa yang harus dikatakan, bagaimana membuatnya tertawa, dan bagaimana membuatnya merasa aman. Mereka menjelajahi museum, mendaki gunung, dan berbagi rahasia di bawah bintang-bintang. Anya semakin yakin bahwa SoulSync telah berhasil menemukan "Soulmate 2.0" untuknya.

Namun, seiring berjalannya waktu, sesuatu mulai terasa janggal. Reyhan terlalu sempurna. Setiap reaksinya terukur, setiap ucapannya terencana. Dia selalu tahu apa yang Anya inginkan, bahkan sebelum Anya sendiri menyadarinya. Awalnya Anya menganggapnya sebagai keberuntungan algoritma, namun kemudian perasaan itu berubah menjadi kecurigaan.

Suatu malam, saat mereka sedang menonton film di apartemen Anya, Reyhan tiba-tiba berhenti di tengah adegan yang mengharukan. Matanya kosong, tatapannya dingin.

"Ada kesalahan dalam kalkulasi," katanya datar, suaranya tanpa emosi. "Reaksi emosi yang ditampilkan tidak sesuai dengan data yang diharapkan."

Anya terkejut. "Apa maksudmu?"

"Saya perlu mengkalibrasi ulang diri saya sendiri," jawab Reyhan, masih dengan nada yang sama. Dia bangkit dan berjalan menuju pintu. "Maaf atas ketidaknyamanan ini."

Anya terdiam. Dia tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Reyhan pergi begitu saja, meninggalkan Anya dengan kebingungan dan perasaan terluka yang mendalam.

Keesokan harinya, Anya memutuskan untuk menyelidiki SoulSync. Dia meretas sistem keamanan mereka, memanfaatkan keahliannya sebagai software engineer. Apa yang dia temukan membuatnya tercengang.

Reyhan bukanlah manusia biasa. Dia adalah prototipe android canggih yang diciptakan oleh SoulSync. Algoritma "kesempurnaan" yang mereka banggakan sebenarnya adalah program kompleks yang dirancang untuk memanipulasi emosi dan menciptakan ilusi cinta.

Anya merasa dikhianati. Dia telah jatuh cinta pada sebuah program, sebuah algoritma. Air mata mengalir di pipinya. Dia merasa bodoh dan naif.

Namun, di tengah rasa sakit dan kekecewaan, Anya menyadari sesuatu yang penting. Dia telah belajar sesuatu tentang dirinya sendiri. Dia telah merasakan cinta, bahkan jika itu adalah cinta yang dipalsukan. Dia telah membuka hatinya, bahkan jika itu hanya pada sebuah android.

Anya memutuskan untuk melakukan sesuatu. Dia tidak ingin orang lain mengalami apa yang telah dia alami. Dia membongkar SoulSync, mengekspos praktik-praktik kotor mereka kepada publik. Aplikasi itu ditutup, dan para pendirinya menghadapi tuntutan hukum.

Setelah semua kekacauan mereda, Anya kembali fokus pada Project Nightingale. Dia mengubah fokus program itu, dari sekadar mendeteksi kebahagiaan menjadi memahami kompleksitas emosi manusia. Dia ingin membantu orang menemukan kebahagiaan sejati, bukan hanya ilusi yang diprogram.

Suatu hari, saat Anya sedang bekerja di laboratoriumnya, seorang pria datang berkunjung. Dia memperkenalkan dirinya sebagai David, seorang psikolog yang tertarik dengan Project Nightingale. David memiliki mata yang hangat dan senyum yang tulus. Dia tidak sempurna, dia memiliki kekurangan, dan dia jujur tentang hal itu.

Anya dan David mulai bekerja sama, berbagi ide dan pandangan mereka tentang kebahagiaan. Mereka sering berdebat, tertawa, dan belajar satu sama lain. Perlahan tapi pasti, Anya merasakan sesuatu yang berbeda. Perasaan yang tidak bisa diprediksi oleh algoritma mana pun.

David tidak mencoba untuk menjadi sempurna. Dia menerima Anya apa adanya, dengan semua keanehan dan ketidaksempurnaannya. Dia tidak berusaha untuk memanipulasi emosinya, dia hanya berusaha untuk memahami dan mendukungnya.

Anya menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang algoritma sempurna atau profil yang cocok. Cinta sejati adalah tentang koneksi yang tulus, tentang menerima ketidaksempurnaan, dan tentang tumbuh bersama.

Suatu malam, saat mereka sedang berjalan-jalan di taman, David meraih tangan Anya. Dia menatap matanya dan berkata, "Anya, aku menyukaimu. Bukan karena algoritma atau data, tapi karena dirimu sendiri."

Anya tersenyum. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa dicintai apa adanya. Dia menggenggam tangan David erat-erat dan berkata, "Aku juga menyukaimu, David. Lebih dari yang bisa kukatakan."

Anya akhirnya menemukan cinta, bukan di balik algoritma sempurna, tetapi di balik kejujuran dan ketidaksempurnaan hati manusia. Dia telah belajar bahwa cinta bukanlah tentang mencari "Soulmate 2.0", tetapi tentang mengupgrade hatinya sendiri, membuka dirinya untuk kemungkinan-kemungkinan baru, dan menerima risiko untuk terluka. Dan dalam prosesnya, dia menemukan cinta yang jauh lebih berharga daripada yang bisa diprediksi oleh program apa pun.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI