Jejak Karbon Hati: AI, Cinta, dan Algoritma Patah

Dipublikasikan pada: 08 Nov 2025 - 00:20:14 wib
Dibaca: 134 kali
Aplikasi kencan itu bernama "SoulSync," dan janji manisnya adalah menemukan belahan jiwa berdasarkan algoritma kecerdasan buatan yang menganalisis jejak digital penggunanya. Bukan hanya preferensi makanan dan musik, tapi juga mimpi yang terpendam, trauma masa lalu, dan bahkan... jejak karbon hati. Istilah terakhir itulah yang membuat Anya tertarik. Sebagai seorang arsitek lingkungan yang berdedikasi, Anya percaya bahwa cinta sejati harus selaras dengan komitmennya terhadap planet ini.

Selama berbulan-bulan, SoulSync memindai data Anya: postingan media sosialnya yang mengkritik fast fashion, donasinya ke organisasi lingkungan, bahkan kebiasaannya membeli kopi dengan gelas daur ulang. Algoritma itu, dengan logika dinginnya, kemudian menyuguhkan nama Leo.

Leo, seorang insinyur perangkat lunak yang bekerja di perusahaan energi terbarukan. Profilnya dipenuhi foto-foto panel surya, kincir angin, dan kegiatan bersih-bersih pantai. Dalam obrolan mereka, Leo fasih berbicara tentang energi geotermal, baterai litium, dan pentingnya mengurangi emisi karbon. Anya merasa jantungnya berdegup kencang. Mungkinkah ini dia? Pria yang tidak hanya mengerti mimpinya, tapi juga hidup untuk mewujudkannya?

Kencan pertama mereka di sebuah kafe vegan berlangsung sempurna. Mereka bertukar cerita tentang perjuangan melawan apatisme iklim, berbagi kekaguman terhadap Greta Thunberg, dan bahkan berdebat seru tentang masa depan mobil listrik. Anya merasa seperti menemukan potongan puzzle yang hilang dalam hidupnya. Leo tampan, cerdas, dan bersemangat. Lebih dari itu, dia tampaknya benar-benar peduli.

Minggu-minggu berikutnya berlalu dalam kebahagiaan yang nyaris sempurna. Mereka mendaki gunung, menanam pohon, dan menghadiri demonstrasi perubahan iklim bersama. Anya memperkenalkan Leo kepada teman-temannya, dan mereka semua terpesona olehnya. Leo seolah menjadi representasi nyata dari semua yang Anya impikan dalam seorang pasangan.

Namun, kebahagiaan itu mulai meredup perlahan, seperti lampu LED yang kehilangan daya. Awalnya, itu hanya hal-hal kecil. Leo seringkali terlambat datang ke acara sukarelawan karena harus menyelesaikan "kode penting" di kantor. Dia terkadang memesan makanan cepat saji dari restoran yang Anya benci karena menggunakan banyak plastik. Anya mencoba memaklumi. Setiap orang punya kekurangan, kan?

Kemudian, Anya menemukan sesuatu yang mengganggu di media sosial Leo. Foto-foto liburannya ke Bali, menginap di hotel mewah dengan kolam renang pribadi yang boros energi. Postingan tentang jet pribadi yang "membantu menghemat waktu" saat bepergian ke konferensi. Anya merasa dikhianati. Bukankah dia peduli dengan jejak karbon?

Dia memberanikan diri untuk bertanya kepada Leo. Leo awalnya mengelak, mengatakan bahwa itu adalah "kompensasi karbon" dan "investasi strategis untuk masa depan perusahaan." Anya tidak bodoh. Dia tahu bahwa kompensasi karbon seringkali hanya taktik greenwashing untuk menutupi kerusakan lingkungan.

"Leo, aku tidak mengerti," kata Anya, suaranya bergetar. "Kamu berbicara tentang energi terbarukan, tapi kamu hidup seolah bumi ini tidak punya batas."

Leo menghela napas. "Anya, kamu terlalu idealis. Dunia ini tidak sesederhana yang kamu pikirkan. Aku bekerja keras untuk membuat perubahan dari dalam. Aku tidak bisa mengorbankan segalanya demi ideologimu."

"Ini bukan hanya ideologi, Leo. Ini tentang masa depan bumi. Ini tentang warisan yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu kita." Anya merasakan air mata mulai menggenang di matanya.

Perdebatan mereka semakin memanas. Leo menuduh Anya terlalu menghakimi dan tidak realistis. Anya menuduh Leo munafik dan egois. Pada akhirnya, mereka berdua terdiam, ruang di antara mereka dipenuhi kekecewaan yang pahit.

Beberapa hari kemudian, Anya memutuskan untuk memeriksa profil Leo di SoulSync. Dia ingin melihat apakah algoritma itu telah salah menilai dirinya. Betapa terkejutnya dia ketika menemukan bahwa jejak karbon hati Leo telah berubah drastis.

Dulu, profil Leo penuh dengan simbol-simbol hijau dan pesan-pesan pro-lingkungan. Sekarang, simbol-simbol itu digantikan oleh ikon-ikon pesawat terbang, mobil mewah, dan restoran mewah. Algoritma itu, tampaknya, telah memperbarui datanya berdasarkan perilaku Leo yang sebenarnya.

Anya menyadari sesuatu yang menyakitkan. Algoritma SoulSync mungkin pintar, tapi tidak bisa membaca hati manusia. Algoritma itu hanya bisa menganalisis data, bukan karakter. Cinta sejati tidak bisa dihitung atau diprediksi. Itu membutuhkan kejujuran, komitmen, dan keselarasan nilai yang mendalam.

Dia menghapus profil Leo dari SoulSync. Dia tahu bahwa dia tidak bisa bersama seseorang yang mengorbankan prinsip-prinsipnya demi kenyamanan dan keuntungan pribadi. Jejak karbon hati Leo terlalu besar untuk dia tanggung.

Anya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin dia akan menemukan cinta sejati, mungkin tidak. Tapi dia tahu satu hal: dia tidak akan pernah lagi menyerahkan hatinya kepada algoritma. Dia akan mendengarkan intuisinya, mempercayai instingnya, dan mencari seseorang yang memiliki komitmen yang sama terhadap planet ini. Karena, pada akhirnya, cinta sejati harus meninggalkan jejak yang indah di dunia, bukan jejak karbon yang mematikan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI