Buzzer Hati: AI Menggoda, Cinta Jadi Konten?

Dipublikasikan pada: 08 Nov 2025 - 01:40:14 wib
Dibaca: 135 kali
Layar ponselnya berkedip-kedip, menampilkan notifikasi bertubi-tubi. Anya menghela napas. Pekerjaannya sebagai influencer memang tak mengenal waktu. Tapi kali ini berbeda. Notifikasi itu bukan pujian atau komentar julid seperti biasanya, melainkan undangan untuk mengikuti program beta dari sebuah aplikasi kencan berbasis AI bernama "Amourithm".

"Amourithm? Kedengarannya cheesy," gumam Anya sambil menggulir layar. Deskripsi aplikasi itu menjanjikan kecocokan sempurna berdasarkan analisis data kepribadian, minat, bahkan ekspresi wajah. Anya, yang sudah jengah dengan kencan-kencan gagal dan profil-profil palsu di aplikasi konvensional, merasa sedikit tertarik. Ia selalu terbuka untuk hal baru, apalagi jika itu bisa jadi konten menarik untuk para pengikutnya.

Anya mendaftar. Prosesnya cepat dan intuitif. Amourithm meminta izin untuk mengakses galeri foto, data lokasi, bahkan pola penggunaan media sosial Anya. Awalnya Anya ragu, tapi rasa ingin tahu mengalahkan kekhawatiran privasinya. Toh, semua ini demi konten, pikirnya.

Setelah beberapa menit, Amourithm mulai bekerja. Algoritma itu mengolah data Anya, menganalisis ratusan ribu profil pengguna lain, dan akhirnya… menemukan satu nama: Raka.

Profil Raka muncul di layar. Foto seorang pria dengan senyum tulus dan mata yang meneduhkan. Deskripsi profilnya singkat tapi menarik: "Arsitek, penyuka kopi pahit, dan percaya pada kekuatan senja." Anya terpana. Selama ini, kriteria idealnya selalu berubah-ubah, tapi entah kenapa, melihat profil Raka, hatinya berdesir.

Amourithm menganalisis kecocokan Anya dan Raka sebesar 97%. "Kecocokan yang hampir sempurna," tulis aplikasi itu. Anya tertawa. Apakah mungkin cinta bisa dihitung dengan algoritma?

Anya memutuskan untuk mengambil risiko. Ia mengirim pesan kepada Raka. "Hai, Raka. Amourithm bilang kita cocok. Mau coba membuktikan?"

Balasan Raka datang beberapa menit kemudian. "Hai, Anya. Aku selalu percaya pada keajaiban algoritma. Bagaimana kalau kita ngopi besok sore?"

Kencan pertama mereka terasa seperti mimpi. Raka ternyata lebih menarik dari fotonya. Ia pintar, lucu, dan memiliki selera humor yang sama dengan Anya. Mereka berbicara tentang arsitektur, kopi, film indie, dan tentu saja, tentang Amourithm.

"Awalnya aku skeptis, Anya," kata Raka sambil menyesap kopinya. "Aku pikir aplikasi kencan hanya untuk orang-orang yang putus asa. Tapi, entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Amourithm."

Anya mengangguk setuju. Ia merasakan hal yang sama. Ada rasa nyaman dan koneksi yang tulus di antara mereka.

Sejak saat itu, Anya dan Raka semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama, menjelajahi kota, mencoba restoran baru, dan saling berbagi mimpi. Anya mulai membuat konten tentang hubungannya dengan Raka. Para pengikutnya antusias. Mereka menyukai kisah cinta modern yang unik ini. Anya mendapatkan banyak views, likes, dan komentar positif.

Namun, seiring berjalannya waktu, Anya mulai merasa tidak nyaman. Ia merasa hubungannya dengan Raka menjadi komoditas. Setiap momen manis, setiap percakapan intim, semuanya diunggah ke media sosial. Ia merasa seperti sedang memainkan peran, bukan menjadi dirinya sendiri.

Suatu malam, Anya dan Raka bertengkar. Raka kesal karena Anya terlalu fokus pada konten. Ia merasa Anya lebih peduli pada validasi dari para pengikutnya daripada perasaannya.

"Anya, apa ini nyata?" tanya Raka dengan nada kecewa. "Apakah kamu benar-benar mencintaiku, atau kamu hanya mencintai likes dan comments?"

Anya terdiam. Pertanyaan Raka menghantamnya seperti petir. Ia menyadari bahwa ia telah kehilangan arah. Ia terlalu sibuk menciptakan konten yang sempurna, hingga lupa menikmati momen yang sebenarnya.

Malam itu, Anya memutuskan untuk berhenti. Ia menghapus semua konten tentang Raka dari media sosialnya. Ia ingin membangun hubungan yang nyata, tanpa filter dan tanpa validasi dari orang lain.

Anya meminta maaf kepada Raka. Ia menjelaskan bahwa ia telah khilaf dan menyesal telah menjadikan hubungan mereka sebagai konten. Raka memaafkannya. Ia mengerti tekanan yang dihadapi Anya sebagai influencer.

Mereka memutuskan untuk memulai dari awal. Mereka berjanji untuk lebih fokus pada satu sama lain, untuk saling mendukung, dan untuk membangun hubungan yang didasarkan pada cinta dan kepercayaan, bukan pada algoritma dan likes.

Anya tidak lagi mempedulikan Amourithm. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa diukur dengan algoritma, tapi dirasakan dengan hati. Ia belajar bahwa konten yang paling berharga adalah pengalaman hidup yang otentik, bukan pencitraan diri yang sempurna.

Beberapa bulan kemudian, Anya dan Raka menghadiri pernikahan seorang teman. Saat berdansa, Raka berbisik di telinga Anya, "Anya, aku mencintaimu. Bukan karena Amourithm, tapi karena kamu adalah kamu."

Anya tersenyum. Ia tahu bahwa Raka benar. Cinta mereka telah tumbuh melampaui algoritma dan media sosial. Mereka telah menemukan kebahagiaan yang sejati, bukan dalam likes dan comments, tapi dalam pelukan dan senyuman satu sama lain.

Malam itu, Anya memandang langit yang bertaburan bintang. Ia merasa bersyukur atas semua yang telah ia pelajari. Ia menyadari bahwa cinta adalah petualangan yang tak terduga, dan kadang-kadang, kita perlu melepaskan kendali pada algoritma dan membiarkan hati kita yang membimbing.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI