Retas Hati: Algoritma Cinta, Format Kenangan?

Dipublikasikan pada: 26 Nov 2025 - 02:40:18 wib
Dibaca: 114 kali
Jari-jari Luna menari di atas keyboard, menciptakan baris-baris kode yang rumit namun indah. Di depannya, layar laptop memancarkan cahaya biru yang menerangi wajahnya dalam kegelapan kamar. Luna adalah seorang ethical hacker, seorang ahli keamanan siber yang bekerja untuk sebuah perusahaan teknologi ternama. Tapi malam ini, pikirannya bukan tentang celah keamanan atau firewall. Malam ini, pikirannya melayang pada sebuah algoritma yang jauh lebih rumit dan membingungkan: cinta.

Dua tahun lalu, hidup Luna berubah ketika ia bertemu dengan Aksara. Aksara, seorang data scientist brilian dengan senyum menawan dan mata yang selalu berkilauan saat berbicara tentang machine learning. Mereka bertemu di sebuah konferensi teknologi. Luna tertarik pada kecerdasannya, sementara Aksara terpikat pada ketajaman analisis Luna. Cinta mereka tumbuh seperti exponential growth, cepat dan tak terhentikan.

Aksara pernah berkata, “Cinta itu seperti algoritma, Luna. Kita memasukkan data, memprosesnya, dan menghasilkan output yang paling memuaskan. Yang penting adalah datanya valid dan algoritmanya tepat.”

Mereka membangun hubungan berdasarkan logika dan kode. Kencan malam diwarnai diskusi tentang neural network, liburan diisi dengan kunjungan ke museum teknologi, dan bahkan pertengkaran mereka diselesaikan dengan analisis data dan argumen yang terstruktur rapi. Semuanya berjalan sempurna, setidaknya di mata Luna. Sampai akhirnya, Aksara memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

“Aku sudah menjalankan algoritmaku, Luna,” kata Aksara dengan nada dingin yang menusuk jantung Luna. “Data yang aku kumpulkan menunjukkan bahwa kita tidak kompatibel. Outputnya tidak sesuai dengan ekspektasiku.”

Luna terpaku. Bagaimana bisa cinta diukur dengan data dan algoritma? Bagaimana bisa seorang manusia, dengan segala kompleksitas emosinya, direduksi menjadi baris kode?

Setelah putus, Luna tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Ia mencoba memahami logika Aksara, mencari tahu di mana letak kesalahan dalam algoritmanya sendiri. Ia bahkan mencoba meretas database kenangan mereka, mencari tahu momen-momen kunci yang mungkin menjadi penyebab perpisahan mereka. Tapi semakin ia mencoba, semakin ia tersesat.

Malam ini, Luna sedang mengerjakan sebuah proyek pribadi: sebuah program untuk memulihkan data yang hilang dari hard drive yang rusak. Sambil menunggu programnya selesai berjalan, ia membuka sebuah folder lama berisi foto-foto kenangan bersama Aksara. Foto-foto itu adalah representasi visual dari data yang dikumpulkan Aksara. Senyum mereka, tawa mereka, pelukan mereka. Momen-momen yang terasa begitu nyata, begitu bermakna.

Luna menatap sebuah foto di mana mereka berdua sedang berada di sebuah taman bermain. Aksara sedang mendorong Luna di ayunan, dan Luna tertawa lepas. Tiba-tiba, air mata menetes membasahi pipinya. Ia menyadari bahwa Aksara salah. Cinta bukanlah tentang data dan algoritma. Cinta adalah tentang emosi, tentang perasaan, tentang koneksi yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Ia menutup laptopnya dan berjalan ke balkon. Angin malam menerpa wajahnya, membawa serta aroma tanah basah dan bunga-bunga yang bermekaran di taman bawah apartemennya. Ia memejamkan mata dan mencoba menghirup udara dalam-dalam. Ia sadar bahwa ia telah membiarkan Aksara meretas hatinya, menghapus semua harapan dan kebahagiaan.

“Tidak,” bisik Luna pada dirinya sendiri. “Aku tidak akan membiarkan dia menghapus kenanganku. Aku akan memformat kenangan itu menjadi sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih baik.”

Luna memutuskan untuk berhenti mencoba memahami logika Aksara. Ia akan fokus pada dirinya sendiri, pada impiannya, pada masa depannya. Ia akan menggunakan keahliannya untuk membantu orang lain, bukan untuk mencari jawaban yang tidak mungkin ditemukan.

Keesokan harinya, Luna pergi ke kantor dengan semangat baru. Ia menyelesaikan proyeknya dengan cepat dan efisien. Ia bahkan membantu seorang rekan kerja yang sedang kesulitan dengan sebuah bug yang rumit. Ia merasa lebih bersemangat dan termotivasi dari sebelumnya.

Beberapa bulan kemudian, Luna menerima undangan untuk menjadi pembicara di sebuah konferensi keamanan siber internasional. Ia sangat terkejut dan merasa sangat terhormat. Ia mempersiapkan presentasinya dengan sungguh-sungguh dan berusaha memberikan yang terbaik.

Di hari konferensi, Luna berdiri di atas panggung dengan percaya diri. Ia berbicara tentang pentingnya keamanan siber, tentang ancaman yang dihadapi dunia saat ini, dan tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk kebaikan. Ia bahkan menceritakan sedikit tentang pengalamannya pribadi, tentang bagaimana ia belajar dari kesalahan dan bagaimana ia berhasil bangkit kembali.

Setelah presentasinya selesai, Luna menerima tepuk tangan yang meriah dari para peserta konferensi. Banyak orang menghampirinya untuk memberikan ucapan selamat dan mengungkapkan kekagumannya. Salah satu dari mereka adalah seorang pria bernama Ethan, seorang ahli keamanan siber dari perusahaan lain.

Ethan sangat terkesan dengan kecerdasan dan ketangguhan Luna. Ia mengajak Luna untuk makan malam dan mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbicara tentang teknologi, kehidupan, dan cinta. Luna merasa nyaman dan bahagia berada di dekat Ethan. Ia merasakan koneksi yang kuat dan alami, yang tidak pernah ia rasakan dengan Aksara.

Beberapa minggu kemudian, Ethan mengajak Luna berkencan. Mereka pergi ke sebuah konser musik klasik dan menghabiskan malam itu dengan menari dan tertawa bersama. Luna menyadari bahwa ia telah menemukan seseorang yang benar-benar menghargainya, seseorang yang mencintainya apa adanya.

Luna akhirnya mengerti bahwa cinta bukanlah tentang algoritma yang sempurna, tetapi tentang penerimaan, pengertian, dan dukungan. Ia telah berhasil memformat kenangan pahitnya dengan Aksara menjadi sesuatu yang indah dan bermakna. Ia telah menemukan cinta yang sejati, cinta yang tidak bisa diretas atau dihapus. Cinta yang abadi. Ia telah meretas hatinya sendiri, dan menemukan kebahagiaan di dalamnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI