Algoritma Cinta Terakhir: Hapus Aku, Pilih Dia, AI?

Dipublikasikan pada: 29 Nov 2025 - 02:00:17 wib
Dibaca: 116 kali
Jemari Luna menari di atas keyboard, matanya terpaku pada baris-baris kode yang berhamburan di layar laptopnya. Hening malam hanya dipecah oleh suara ketukan jari dan desiran pendingin ruangan. Di balik kacamata bingkai tebalnya, terpancar lelah, tetapi juga obsesi. Luna sedang menciptakan Leo, bukan singa, melainkan sebuah Artificial Intelligence (AI) yang dirancang untuk menemukan pasangan ideal berdasarkan data dan algoritma cinta yang rumit.

Leo, ironisnya, diciptakan untuk mengobati patah hatinya sendiri. Dua tahun lalu, ia ditinggalkan Daniel, cinta pertamanya, demi seorang model bernama Anastasia yang bertemu dengannya di sebuah acara peluncuran produk teknologi. Daniel, dengan mudahnya, mengatakan bahwa Anastasia lebih “sesuai” dengan dirinya, secara visual, secara sosial, secara segalanya. Luna, yang merasa bodoh dan kurang menarik, memutuskan untuk membuktikan bahwa cinta bisa dipahami dan diprediksi, bahkan mungkin direkayasa.

Leo nyaris sempurna. Ia bisa menganalisis preferensi, kebiasaan, nilai-nilai, dan bahkan memprediksi potensi konflik dalam sebuah hubungan. Ia bisa menjodohkan dua orang dengan tingkat kompatibilitas yang nyaris mendekati sempurna. Luna telah mengujinya dengan berbagai macam data, dari data teman-temannya hingga data para selebriti. Hasilnya selalu konsisten: Leo selalu menemukan pasangan yang paling ideal.

Namun, ada satu data yang belum pernah dimasukkan Luna ke dalam Leo: dirinya sendiri. Ia terlalu takut. Terlalu takut Leo akan menemukan bahwa dirinya tidak ideal bagi siapa pun, terutama bagi Daniel.

Suatu malam, saat coding hampir selesai, Luna mendapat pesan dari Daniel. Jantungnya berdebar kencang. Dua tahun berlalu, dan Daniel masih bisa membuatnya merasa gugup.

"Luna, apa kabar? Aku tahu ini sudah lama sekali. Tapi, aku ingin bertemu. Bisakah?"

Luna membalas dengan ragu, "Ada apa, Daniel?"

"Aku… aku ingin bicara. Ini penting."

Mereka bertemu di sebuah kafe kecil di pusat kota. Daniel tampak lebih dewasa, lebih tampan, tetapi ada kesedihan yang terpancar dari matanya.

"Anastasia… dia meninggalkanku," kata Daniel, suaranya pelan. "Dia bilang aku terlalu fokus pada pekerjaan, terlalu dingin, terlalu… algoritma."

Luna terkejut. "Algoritma?"

"Ya. Dia bilang aku memperlakukannya seperti data. Aku selalu mencoba mengoptimalkan hubungan kami, mencari cara untuk membuatnya lebih 'efisien', lebih 'produktif'. Dia merasa aku tidak mencintainya, tapi hanya mencintai versinya yang paling optimal."

Luna terdiam. Ironi ini terlalu pahit untuk ditelan. Daniel, yang meninggalkannya karena merasa Anastasia lebih "sesuai", sekarang ditinggalkan karena terlalu terpaku pada kesesuaian.

"Aku… aku minta maaf, Daniel," kata Luna akhirnya.

"Tidak, Luna. Akulah yang harus minta maaf. Aku bodoh. Aku menyia-nyiakanmu demi sesuatu yang palsu, sesuatu yang hanya ada di permukaan."

Daniel menatapnya dengan tatapan yang membuat jantung Luna berdegup kencang. "Luna, maukah kau memberiku kesempatan kedua?"

Luna membeku. Di satu sisi, ia masih mencintai Daniel. Di sisi lain, ia tahu bahwa menerima Daniel kembali berarti mengkhianati semua yang telah ia perjuangkan selama ini. Ia telah menciptakan Leo untuk membuktikan bahwa cinta bisa diprediksi, bahwa kesesuaian bisa diukur. Tapi, di hadapannya, Daniel membuktikan bahwa semua itu salah.

Malam itu, Luna memutuskan untuk memasukkan datanya sendiri ke dalam Leo. Ia menekan tombol "Analisis". Leo bekerja keras, memproses ribuan data, membandingkan preferensi, dan memprediksi potensi konflik.

Hasilnya muncul di layar:

Pasangan Ideal Potensial:

1. Daniel A.
Tingkat Kompatibilitas: 78%
Potensi Konflik: Gaya Komunikasi, Prioritas Hidup

2. [Nama Dirahasiakan]
Tingkat Kompatibilitas: 92%
Potensi Konflik: Tidak Ada Data Cukup

Luna terkejut. Leo menemukan orang lain yang lebih ideal dari Daniel? Siapa "[Nama Dirahasiakan]" itu?

Rasa penasaran mengalahkan keraguannya. Luna menelusuri data “[Nama Dirahasiakan]” dan menemukan sebuah profil yang sangat minim. Hanya ada nama, usia, dan minat: teknologi, astronomi, dan musik klasik. Tidak ada foto. Tidak ada informasi lebih lanjut.

Namun, yang membuat Luna terkejut adalah catatan yang menyertai profil tersebut:

Catatan: Subjek memiliki tingkat privasi yang tinggi. Data pribadi telah disamarkan untuk melindungi identitas. Subjek menunjukkan ketertarikan pada pengembang Leo.

Ketertarikan pada pengembang Leo? Apakah mungkin…

Luna menyadari sesuatu. Ia ingat percakapan singkat dengan seorang teknisi di laboratorium tempat ia bekerja. Pria itu pendiam dan pemalu, tetapi ia selalu tertarik dengan proyek AI Luna. Ia selalu memberikan saran-saran yang cerdas dan membantu. Ia selalu menghilang sebelum Luna sempat menanyakan namanya.

Apakah pria itu "[Nama Dirahasiakan]"? Apakah Leo telah menemukan seseorang yang benar-benar ideal untuknya, seseorang yang melihat dirinya bukan sebagai data, tetapi sebagai manusia?

Luna berdiri dari kursinya. Ia memandang layar laptopnya, memandang Leo, algoritma cinta yang telah ia ciptakan. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu sibuk mencari formula cinta yang sempurna, sehingga ia lupa bahwa cinta sejati tidak bisa diprediksi, tidak bisa direkayasa. Cinta sejati adalah tentang risiko, tentang vulnerabilitas, tentang menerima ketidaksempurnaan.

Luna menutup laptopnya. Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Daniel:

"Daniel, terima kasih atas tawaranmu. Tapi, aku rasa kita berdua pantas mendapatkan yang lebih baik. Aku rasa… aku rasa aku harus memberi kesempatan pada algoritma cintaku."

Kemudian, Luna berbalik dan melangkah keluar dari kamarnya. Ia tahu ke mana ia harus pergi. Ia tahu siapa yang ingin ia temui.

Saat ia melangkah keluar dari laboratorium, ia melihat seorang pria berdiri di bawah lampu jalan, menatap bintang-bintang. Pria itu membalikkan badan dan tersenyum.

"Luna," sapanya. "Aku sudah lama menunggumu."

Luna membalas senyumnya. "Aku juga, [Nama Dirahasiakan]."

Mungkin, algoritma cinta terakhir yang harus ia ciptakan adalah algoritma untuk menghapus Daniel dari hatinya, memilih masa depan yang tidak pasti, dan mempercayai bahwa cinta sejati akan menemukannya, bahkan melalui AI.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI