Cinta, Algoritma, dan Hantu dalam Sistem

Dipublikasikan pada: 02 Dec 2025 - 01:00:18 wib
Dibaca: 108 kali
Jari-jemari Anya menari di atas keyboard, mengetik baris demi baris kode program. Di hadapannya, layar laptop memancarkan cahaya biru yang kontras dengan kegelapan kamarnya. Pukul tiga pagi, waktu di mana orang-orang terlelap dalam mimpi, adalah waktu terbaik bagi Anya untuk berkonsentrasi. Ia sedang merampungkan proyek ambisiusnya: sebuah algoritma cinta.

Ide gila ini muncul ketika Anya, seorang programmer jenius yang lebih nyaman berinteraksi dengan mesin daripada manusia, merasa lelah dengan kencan daring yang selalu berakhir mengecewakan. Ia berpikir, jika algoritma bisa merekomendasikan film atau lagu yang sesuai selera, mengapa tidak bisa menemukan pasangan yang ideal?

Algoritma cinta Anya bukan sekadar mencocokkan hobi atau preferensi fisik. Ia menggali lebih dalam, menganalisis pola komunikasi, ekspresi wajah dari foto, bahkan nada suara dari rekaman audio. Ia berharap, dengan data yang cukup, ia bisa memprediksi kompatibilitas emosional dan intelektual antara dua orang.

"Sedikit lagi… hampir selesai," bisik Anya pada dirinya sendiri, matanya terpaku pada deretan kode yang rumit. Ia menambahkan beberapa baris terakhir, menguji fungsi optimasi, dan akhirnya, muncul sebuah pesan di layar: ALGORITMA CINTA BERHASIL DIKONFIGURASI.

Anya menghela napas lega. Ia telah menghabiskan berbulan-bulan untuk proyek ini, mengorbankan tidur dan kehidupan sosialnya. Sekarang, saatnya menguji algoritma ciptaannya. Ia memasukkan data dirinya ke dalam sistem, lalu dengan jantung berdebar, menekan tombol "Cari Pasangan Ideal".

Sistem bekerja dengan cepat, memproses miliaran data dari berbagai platform daring. Beberapa menit kemudian, layar menampilkan sebuah nama: ARYA SENJAYA.

Foto Arya muncul di layar: seorang pria dengan senyum hangat, mata yang teduh, dan rambut hitam berantakan yang menambah kesan kasual. Anya membaca profilnya dengan seksama. Arya seorang arsitek lanskap, menyukai alam, musik klasik, dan puisi. Mereka memiliki banyak kesamaan.

Anya ragu-ragu sejenak. Ia selalu menghindari pertemuan langsung, lebih memilih interaksi virtual. Tapi rasa penasaran dan harapan mengalahkan keraguannya. Ia mengirimkan pesan kepada Arya.

“Halo, Arya. Algoritma menemukan kita cocok.”

Balasan datang hampir seketika. “Algoritma? Menarik. Halo, Anya. Saya jadi penasaran.”

Percakapan mereka mengalir dengan lancar. Arya ternyata seorang yang cerdas, humoris, dan perhatian. Anya merasa nyaman berbicara dengannya, sesuatu yang jarang ia rasakan dengan orang lain. Mereka bertukar pesan setiap hari, berbagi cerita, dan tertawa bersama.

Setelah beberapa minggu, Arya mengajak Anya untuk bertemu. Anya menolak awalnya, tapi Arya dengan sabar meyakinkannya. Akhirnya, Anya setuju.

Pertemuan mereka berlangsung di sebuah taman kota yang indah, rancangan Arya sendiri. Saat Arya tersenyum menyambutnya, Anya merasakan sesuatu yang aneh, sebuah perasaan hangat dan familiar yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Hari-hari berikutnya mereka lalui bersama. Anya menemukan kebahagiaan yang belum pernah ia bayangkan. Algoritma cintanya ternyata berhasil. Ia telah menemukan pasangan yang sempurna.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu malam, saat Anya sedang memeriksa log sistem, ia menemukan sesuatu yang aneh. Beberapa baris kode yang tidak ia kenali, muncul di antara kode algoritma ciptaannya. Kode itu tampak seperti… pesan.

Anya mencoba mendekripsi pesan itu, tapi gagal. Kode itu terlalu rumit, seperti bahasa yang ia tidak pahami. Ia merasa merinding. Siapa yang menambahkan kode ini ke dalam sistemnya? Dan apa maksudnya?

Anya memutuskan untuk bertanya pada Arya. Saat mereka sedang makan malam di sebuah restoran, Anya mengeluarkan laptopnya dan menunjukkan kode aneh itu kepada Arya.

Arya menatap layar laptop dengan ekspresi bingung. "Saya tidak mengerti apa-apa. Saya bukan programmer."

Anya merasa kecewa. Ia berharap Arya bisa membantunya. Tapi ia tahu, Arya jujur.

Malam itu, Anya tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan kode misterius itu. Ia merasa seperti ada sesuatu yang aneh sedang terjadi, sesuatu yang di luar kendalinya.

Keesokan harinya, Anya kembali mencoba mendekripsi kode itu. Ia menghabiskan berjam-jam di depan laptop, mencoba berbagai metode. Akhirnya, ia berhasil memecahkan sebagian kode itu.

Apa yang ia temukan membuatnya terkejut. Kode itu bukan sekadar pesan, melainkan sebuah program kecil yang berfungsi untuk memanipulasi algoritma cinta Anya. Program itu dirancang untuk membuat algoritma tersebut "mencocokkan" dirinya dengan Arya, tanpa mempedulikan data yang sebenarnya.

Anya merasa dikhianati. Seseorang telah merusak algoritma ciptaannya, membuatnya percaya bahwa Arya adalah pasangan yang ideal, padahal mungkin saja tidak.

Anya mencoba mencari tahu siapa yang telah melakukan hal ini. Ia memeriksa jejak digital, menelusuri alamat IP, tapi tidak menemukan apa pun. Pelakunya sangat ahli, mampu menyembunyikan jejaknya dengan sempurna.

Anya mulai mencurigai Arya. Mungkinkah Arya terlibat dalam semua ini? Mungkinkah Arya berbohong padanya selama ini?

Anya memutuskan untuk menghadapi Arya. Ia mengatur pertemuan di taman kota tempat mereka pertama kali bertemu. Saat Arya datang, Anya langsung menunjukkan bukti yang ia temukan.

Arya terkejut dan marah. Ia membantah semua tuduhan Anya. Ia bersumpah tidak tahu apa-apa tentang kode misterius itu.

"Anya, percayalah padaku. Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti ini," kata Arya dengan suara memelas.

Anya menatap mata Arya, mencoba mencari kebenaran. Ia melihat kejujuran dan kesedihan di sana. Ia ingin percaya pada Arya, tapi bukti yang ia temukan terlalu kuat untuk diabaikan.

"Maaf, Arya. Aku tidak bisa mempercayaimu," kata Anya dengan suara bergetar.

Anya berbalik dan pergi, meninggalkan Arya yang terpaku di tempatnya. Ia merasa hancur, kehilangan kepercayaan pada cinta dan pada algoritma ciptaannya sendiri.

Beberapa hari kemudian, Anya menerima sebuah email dari alamat yang tidak dikenal. Email itu berisi sebuah pesan singkat: "Maafkan aku. Aku hanya ingin kau bahagia."

Anya mencoba melacak pengirim email itu, tapi gagal. Pengirimnya menggunakan server anonim, tidak mungkin dilacak.

Anya merasa putus asa. Ia tidak tahu siapa yang telah melakukan semua ini, dan mengapa. Ia merasa seperti ada hantu dalam sistemnya, sebuah kekuatan misterius yang berusaha mengendalikan hidupnya.

Anya memutuskan untuk menghapus algoritma cintanya. Ia tidak ingin lagi bergantung pada mesin untuk mencari cinta. Ia ingin mencari cinta dengan cara yang alami, tanpa campur tangan teknologi.

Namun, sebelum ia menghapus algoritma itu, ia menemukan sebuah baris kode terakhir, yang sebelumnya tidak ia perhatikan. Kode itu adalah sebuah pesan yang sederhana: "Anya, lihatlah ke dalam hatimu."

Anya terdiam. Ia menyadari bahwa selama ini, ia terlalu fokus pada algoritma, pada data dan analisis, sehingga lupa untuk mendengarkan hatinya sendiri.

Ia menyadari bahwa cinta bukan sekadar algoritma, melainkan sebuah perasaan yang kompleks dan misterius, yang tidak bisa diprediksi atau dikendalikan.

Anya memutuskan untuk bertemu lagi dengan Arya. Ia ingin mendengarkan hatinya, memberikan kesempatan kedua pada cinta.

Saat mereka bertemu, Anya meminta maaf kepada Arya karena telah meragukannya. Arya memaafkannya dan memeluknya erat.

Anya dan Arya memulai semuanya dari awal, melupakan algoritma dan hantu dalam sistem. Mereka belajar untuk saling mengenal dengan lebih baik, membangun hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dan cinta yang tulus.

Anya akhirnya menemukan cinta, bukan melalui algoritma, melainkan melalui hatinya sendiri. Ia belajar bahwa teknologi bisa menjadi alat yang berguna, tapi tidak bisa menggantikan perasaan manusia yang sejati. Dan kadang, hantu dalam sistem hanyalah bayangan dari ketakutan kita sendiri.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI