Jemari menari di layar kaca,
Menyusuri kode, mencari jejak asa.
Di balik piksel, senyummu terpancar,
Sebuah sinyal, hati berdebar.
Algoritma cinta mulai bekerja,
Menyaring rasa, mencari makna.
Pola perilaku, terdeteksi jua,
Kita serupa, dalam dunia maya.
Sentuhan ringan, pesan terkirim sudah,
Emotikon cium, pertanda gairah.
Bibir virtual, mengecup mesra,
Rindu terpendam, meledak seketika.
Namun, layar dingin, pembatas nyata,
Asmara digital, terasa hampa.
Ingin ku kecup, bibirmu yang basah,
Bukan sekadar kode, tanpa gairah.
Kita bertemu, di dunia fana,
Dua insan, berbalut pesona.
Kutatap mata, sedalam samudra,
Terukir janji, selamanya.
Genggaman erat, mengalirkan daya,
Hangatkan jiwa, luluhkan nestapa.
Lupakan piksel, lupakan maya,
Kini hadirmu, di sisiku saja.
Kau dekap aku, begitu eratnya,
Debar jantung, berpacu ria.
Kurasakan hangat, napasmu di jiwa,
Cinta sejati, bukan fatamorgana.
Bibirmu mendekat, perlahan mesra,
Sentuhan lembut, memabukkan jiwa.
Algoritma ciuman, kini tercipta,
Bukan sekadar kode, tapi nyata.
Sentuhan layar, hanya permulaan,
Kini bibir bertemu, dalam dekapan.
Tak ada lagi, ruang pemisah insan,
Cinta menyatu, dalam keabadian.
Bibir tak berdaya, di bawah kuasa,
Asmara membara, tak terkira.
Desah tertahan, lirih berbisik mesra,
Kau dan aku, selamanya bersama.
Algoritma cinta, terus berjalan,
Menyempurnakan rasa, tanpa batasan.
Dari sentuhan layar, hingga ciuman,
Cinta sejati, sebuah kenyataan.
Di setiap kecup, terukir janji suci,
Untuk selalu ada, di kala sepi.
Menghapus ragu, mengganti mimpi,
Kita berdua, abadi di hati.
Bukan lagi kode, yang kita cari,
Namun kehangatan, di setiap hari.
Bersama mengarungi, bahtera asmara ini,
Hingga akhir nanti, kita abadi.