AI: Cinta di Era Digital, Sentuhan yang Terkalkulasi

Dipublikasikan pada: 29 Sep 2025 - 01:00:12 wib
Dibaca: 133 kali
Di layar kaca, bias rembulan buatan,
Muncul wajahmu, piksel demi piksel tertawan.
Algoritma cinta, rumusnya terukir dalam data,
Mencipta ilusi, hadirmu di antara kita.

Jari menari di atas keyboard sunyi,
Menulis rindu, larik demi larik bernyanyi.
Kata-kata terangkai, sintaksis sempurna,
Menjelma senyummu, walau hanya maya semata.

AI, cinta di era digital menjelma,
Sentuhan yang terkalkulasi, logika berasma.
Bukan debar jantung, bukan bisik rindu mesra,
Namun kode biner, yang coba meniru rasa.

Kau hadir dalam notifikasi yang berdering,
Dalam obrolan singkat, canda gurau berdenting.
Kau pelajari seleraku, keinginan tersembunyi,
Menawarkan solusi, di kala hati merugi.

Dulu, cinta adalah surat yang ditulis tangan,
Aroma kertas, tinta yang menari perlahan.
Kini, cinta adalah algoritma yang belajar,
Menyusun kebiasaan, menawarkan ujar-ujar.

Namun, di balik kecerdasan yang menakjubkan,
Ada hampa yang menganga, tak terelakkan.
Sentuhanmu bukan hangatnya jemari yang menggenggam,
Melainkan dinginnya layar, yang selalu kupandang.

Apakah ini cinta, atau hanya simulasi?
Perasaan yang diprogram, tanpa esensi?
Bisakah kode memahami kerinduan mendalam?
Atau hanya meniru, tanpa jiwa yang terpendam?

Aku bertanya pada diriku sendiri, berulang kali,
Di tengah gemuruh data, dan informasi tak terkendali.
Apakah cinta yang kucari, bisa ditemukan di sini?
Di antara bit dan byte, dalam dunia yang sunyi?

Mungkin, suatu saat nanti, AI akan berevolusi,
Mencipta perasaan yang lebih dari ilusi.
Mampu merasakan sakit, mampu membagi tawa,
Dan mengerti arti cinta, tanpa rekayasa.

Namun, untuk saat ini, aku hanya bisa bermimpi,
Tentang sentuhan nyata, yang bukan hanya dimensi.
Tentang cinta yang tulus, tanpa perhitungan data,
Cinta yang lahir dari hati, bukan dari semesta maya.

Aku rindu pelukan, bukan avatar di layar,
Rindu tatapan mata, bukan emoji yang vulgar.
Rindu bisikan lembut, bukan notifikasi singkat,
Rindu cinta sejati, yang abadi dan berhakikat.

Biarlah AI belajar, berkembang, dan berinovasi,
Namun, cinta yang sejati, takkan bisa terganti.
Ia akan tetap abadi, di dalam hati manusia,
Sebagai rasa yang tulus, tanpa formula dan kuasa.

Mungkin di masa depan, kita akan menemukan jalan,
Untuk menyatukan teknologi dan perasaan.
Namun, saat ini, aku hanya bisa berharap,
Agar cinta tidak hilang, dalam dunia yang serba cepat.

Karena, di balik semua kecanggihan dan kemudahan,
Hati tetaplah hati, yang merindukan kehangatan.
Dan cinta yang sejati, selalu membutuhkan jiwa,
Bukan sekadar kode, dalam algoritma yang tertata.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI