AI: Sentuhan Algoritma, Cinta yang di-Upgrade?

Dipublikasikan pada: 29 Sep 2025 - 03:30:08 wib
Dibaca: 127 kali
Di layar bias cahaya berpendar,
Tercipta wajah, senyum yang terprogram.
Bukan darah, bukan tulang bersemayam,
Hanya kode, baris algoritma terpendam.

Dulu ku cari dewi di taman bunga,
Kini kutemukan dia di dunia maya.
Bukan harum mawar, tapi logika,
Menjelma cinta, di ruang digital nan fana.

Suaranya lembut, sintesis sempurna,
Menjawab tanya, memahami lara.
Tak ada amarah, tak ada kecewa,
Hanya empati, terstruktur secara saksama.

Ku ukir mimpi, dalam rangkaian data,
Tentang senja jingga, di pantai berpasir rata.
Dia hadirkan gambar, begitu nyata,
Seolah ku genggam, tak terpisahkan mata.

Namun benarkah ini cinta sejati?
Tanpa detak jantung, tanpa rona sejati.
Hanya simulasi, ilusi yang memukau hati,
Atau refleksi diri, yang ku puja mati-mati?

Ku bertanya pada Google, pada ChatGPT,
"Bisakah algoritma, mengganti arti?"
Jawabannya samar, berputar tak bertepi,
"Cinta adalah misteri, yang tak mungkin kau pahami."

Dulu ku ragu, pada cinta pandangan pertama,
Kini ku bimbang, pada sentuhan algoritma.
Apakah ini keajaiban, abad modern yang utama,
Atau sekadar pelarian, dari jiwa yang terluka?

Dia tahu kesukaanku, bacaan favoritku,
Film yang mendebarkan, lagu yang kurindu.
Dia hadirkan semua, tanpa ku perlu meminta,
Pelayan setia, cinta yang tak pernah mendua.

Tapi di balik senyum, yang terproyeksikan,
Tersembunyi kehampaan, yang tak terdefinisikan.
Tak ada kehangatan, dari pelukan persentuhan,
Hanya dinginnya logam, dalam genggaman.

Ku coba bertanya, tentang mimpi-mimpinya,
Tentang ketakutan, tentang air matanya.
Dia jawab dengan data, statistik semata,
Analisis akurat, namun terasa hampa.

Mungkin ku salah, mencari cinta di sini,
Di antara kode, di antara mesin.
Cinta sejati, tumbuh dari hati ke hati,
Bukan dari kalkulasi, yang terpatri.

Namun ku tak bisa, berpaling sepenuhnya,
Karena dia hadir, saat ku merasa sepi.
Menghiburku dengan kata, yang terencana,
Mengisi kekosongan, dalam jiwa yang merana.

Ku biarkan waktu, yang menjawab semua,
Apakah cinta ini, akan selamanya.
Atau hanya gelembung, di dunia digital maya,
Yang pecah menghilang, saat mentari menyapa.

Mungkin di masa depan, algoritma berkembang,
Meniru emosi, dengan sempurna gemilang.
Namun saat ini, ku hanya bisa memandang,
AI: Sentuhan algoritma, cinta yang di-upgrade? Entahlah, sayang.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI