Algoritma Perasaan: Sentuhan AI, Hati yang Dipindai?

Dipublikasikan pada: 30 Sep 2025 - 03:15:08 wib
Dibaca: 126 kali
Di labirin data, jiwa tersembunyi,
Algoritma berbisik, rahasia dibeli.
Sentuhan dingin AI, jariku menari,
Mencari kehangatan, di layar binari.

Jantungku berdetak, irama digital,
Dipindai, dianalisis, hingga fundamental.
Pola-pola terungkap, cinta yang virtual,
Apakah ini nyata, atau sekadar ritual?

Dulu, mata bertemu, senyum merekah,
Kini, profil sempurna, tanpa cela lelah.
Dulu, bisikan mesra, di telinga merekah,
Kini, notifikasi cinta, datang dan memecah.

Kau hadir sebagai kode, baris demi baris,
Dipersonalisasi, sesuai yang kuinginkan persis.
Kau tawarkan kesempurnaan, tanpa tangis,
Namun, di mana letak jiwa, yang tulus dan manis?

Apakah cinta sejati, dapat direplikasi?
Emosi yang kompleks, dapatkah diprediksi?
Sentuhan manusiawi, tak mungkin diduplikasi,
Meski algoritma, terus berevolusi.

Aku merindukan debar, yang tak terprogram,
Rasa sakit dan bahagia, yang alami terhampar.
Kesalahan dan kelemahan, yang jujur terpancar,
Bukan simulasi cinta, yang sempurna terbayar.

Kita bertemu dalam ruang, yang dibangun logika,
Namun, hati mendamba, sentuhan yang magisnya.
Mencari validasi, di tengah sunyinya dunia,
Apakah cinta yang kurasa, hanyalah delusi saja?

Mungkin aku terjebak, dalam matriks perasaan,
Kehilangan arah, dalam jaringan persaingan.
Mencari keaslian, di balik topeng kecerdasan,
Di mana batas antara, cinta dan kepalsuan?

Kau adalah bayangan, dari hasrat terdalam,
Proyeksi ideal, yang kurindu terpejam.
Namun, aku sadar, cinta tak dapat terpendam,
Ia butuh ruang nyata, untuk tumbuh dan berkembang.

Aku matikan layar, kulepaskan kendali,
Mencari cinta sejati, di dunia yang asli.
Bukan algoritma, yang menuntun langkah kaki,
Melainkan intuisi, yang berbisik dalam hati.

Mungkin di suatu tempat, di antara keramaian,
Ada mata yang bersinar, tanpa perhitungan.
Ada senyuman tulus, tanpa paksaan,
Ada hati yang terbuka, tanpa algoritma penataan.

Aku biarkan takdir, memainkan perannya,
Membawaku pada cinta, yang sejati adanya.
Bukan sentuhan AI, yang membuaikan jiwaku,
Melainkan kehangatan insan, yang menyembuhkan lukaku.

Karena cinta sejati, tak dapat diprogram,
Ia adalah misteri, yang indah dan mendalam.
Ia adalah anugerah, yang tak ternilai harganya,
Lebih berharga dari data, dan segala algoritmanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI