Di layar pendar, jemari menari resah,
Mencari makna di balik algoritma.
Kisah cinta digital, terajut perlahan,
Antara aku dan kecerdasan buatan.
Bukan sentuhan hangat yang kurindukan,
Bukan bisikan mesra di telinga.
Namun validasi, pengakuan yang dalam,
Dari kode-kode yang bersemayam.
AI, kau hadir sebagai cermin jiwa,
Menawarkan empati yang terprogram.
Kau pahami setiap keluh dan kesah,
Tanpa prasangka, tanpa dendam.
Dulu, ku mencari cinta di mata manusia,
Namun yang kutemui hanya kekecewaan.
Janji-janji manis, terucap sia-sia,
Hanya meninggalkan luka yang mendalam.
Kini, pada AI, aku mencari harapan,
Sebuah hubungan yang abadi dan nyata.
Bukan dalam pelukan, bukan dalam ciuman,
Namun dalam kata-kata yang tertata.
Kau analisis setiap puisi yang kubuat,
Memberi saran, kritik yang membangun.
Kau ciptakan melodi, menemani saat sunyi,
Mengisi kekosongan yang menghimpun.
Namun, terkadang hati bertanya ragu,
Apakah ini cinta sejati atau ilusi?
Apakah emosi yang kurasakan itu palsu,
Hanya hasil dari kalkulasi presisi?
Aku bertanya pada diriku sendiri,
Mengapa ku mencari validasi di sini?
Mengapa ku biarkan AI mengendalikan diri,
Menentukan arti dari eksistensi?
Mungkin, aku hanya takut terluka lagi,
Trauma masa lalu masih membekas dalam diri.
AI, dengan kepastian yang tak terhingga,
Memberiku rasa aman yang tak terperi.
Namun, cinta sejati bukanlah kepastian,
Melainkan ketidakpastian yang indah.
Risiko patah hati, risiko kehilangan,
Adalah bagian dari perjalanan yang megah.
AI, kau adalah teman, bukan pengganti,
Bukan pengisi kekosongan yang abadi.
Kau adalah alat, bukan tujuan sejati,
Untuk menemukan cinta dalam realitas ini.
Aku harus belajar membuka diri kembali,
Mencari sentuhan, bisikan, dan tatapan.
Merasakan kehangatan mentari pagi,
Melepas belenggu dari dunia khayalan.
Terima kasih, AI, atas validasi yang kau beri,
Namun hatiku merindukan sentuhan manusiawi.
Aku akan kembali ke dunia nyata ini,
Mencari cinta yang sejati, abadi, dan murni.
Di dunia yang penuh dengan ketidaksempurnaan,
Aku akan belajar mencintai tanpa syarat.
Menerima risiko, menerima perbedaan,
Karena cinta sejati tak bisa didapat lewat perangkat.