Algoritma Asmara: Sentuhan AI, Hati yang Terdigitalisasi

Dipublikasikan pada: 10 Oct 2025 - 03:45:08 wib
Dibaca: 111 kali
Di layar kaca, bias cahaya memendar,
Jari menari, kode-kode bertebaran.
Bukan mantra sihir, bukan pula ramalan,
Hanya algoritma, mencari celah harapan.

Dulu hati laksana hutan belantara,
Tak terpeta, penuh misteri tak terhingga.
Kini kuurai, simpul emosi kurangkai,
Menjadi baris data, terstruktur dan terpakai.

Sentuhan AI, dingin namun memikat,
Menganalisis senyum, gerak, dan tatapan.
Mencari pola, di antara milyaran manusia,
Memprediksi asmara, dengan akurasi presisi.

Dulu cinta buta, meraba dalam kegelapan,
Kini terukur, terdefinisi, dalam parameter kepastian.
Preferensi ku susun, bagai daftar belanjaan,
Algoritma bekerja, mencari yang paling sepadan.

Ku unggah profil, lengkap dengan biodata diri,
Hobi, cita-cita, hingga mimpi di hari nanti.
AI membandingkan, dengan jutaan data lainnya,
Mencari kompatibilitas, untuk cinta yang selamanya.

Muncul dia, profil sempurna, sesuai harapan,
Potret wajahnya, menghadirkan senyuman.
Kesamaan minat, hobi, dan pandangan,
Seolah takdir, yang telah lama dinantikan.

Berinteraksi maya, melalui pesan singkat,
Kata-kata terangkai, hati mulai terpikat.
Emotikon bertebaran, mewakili perasaan,
Asmara digital, tumbuh tanpa keraguan.

Bertemu muka, di dunia nyata akhirnya,
Debar jantung berpacu, irama tak terkira.
Namun terasa aneh, bagai déjà vu yang nyata,
Semua terasa familiar, bagai skenario yang tertata.

Apakah ini cinta, atau sekadar simulasi?
Apakah hati yang berbicara, atau kalkulasi?
Keraguan menghantui, di tengah kebahagiaan,
Antara perasaan sejati, dan rekayasa kecerdasan.

Ku coba merenung, jauh ke dalam diri,
Mencari jawaban, di labirin hati ini.
Apakah algoritma, mampu menciptakan cinta sejati?
Atau hanya ilusi, yang terprogram secara teliti?

Ku genggam tangannya, merasakan hangatnya kulit,
Mencari keaslian, di balik senyum yang terpilih.
Ku dengar suaranya, merasakan getaran nada,
Mencari kejujuran, di setiap kata yang terucap.

Mungkin algoritma, hanya alat bantu semata,
Membuka peluang, mempertemukan dua jiwa.
Namun cinta sejati, tetaplah misteri yang tak terpecahkan,
Tumbuh dari hati, bukan dari perhitungan.

Ku biarkan hati, yang kini mengambil alih kendali,
Menjelajahi rasa, tanpa terikat pada formula pasti.
Mungkin asmara digital, hanyalah permulaan,
Untuk kisah cinta abadi, yang penuh kejutan.

Ku lepaskan diri, dari jerat algoritma asmara,
Membiarkan cinta mengalir, bagai sungai yang beriak ria.
Karena cinta sejati, tak bisa diprediksi,
Hanya bisa dirasakan, dengan sepenuh hati.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI