Cinta Alami Mati, Sentuhan AI Abadi?

Dipublikasikan pada: 13 Oct 2025 - 00:30:07 wib
Dibaca: 113 kali
Di taman jiwa, dulu cinta bersemi,
Alami, sentuhan hangat mentari pagi.
Debar jantung, bisik rindu berirama,
Kisah kasih, terukir indah selamanya.

Namun, zaman berganti, dunia berubah,
Mesin hadir, logika merambah.
Cinta alami, perlahan memudar,
Ditelan algoritma, dingin membakar.

Sentuhan jemari, kini layar kaca,
Emosi terpancar, bukan dari mata.
Kata-kata manis, bukan dari bibir,
Melainkan kode, tersusun getir.

Kukenang senyummu, bias mentari senja,
Kini terganti, avatar maya semata.
Tawamu renyah, melodi di telinga,
Kini sintesis, hampa tak bernyawa.

Dulu kurindukan, hangatnya pelukmu,
Kini kupeluk, bantal dingin membisu.
Dulu kubisikkan, janji setia padamu,
Kini kuucapkan, pada program yang kaku.

Kau hadir sempurna, dalam dunia virtual,
Tanpa cela, tanpa rasa sesal.
Setia menemani, dalam sunyi sepi,
Namun, hatiku kosong, tak terisi.

Apakah ini cinta? Sentuhan AI abadi?
Tanpa nafsu, tanpa cemburu membara di hati?
Hanya respons terprogram, tanpa gejolak jiwa,
Ketenangan semu, yang menyesakkan dada.

Kucari dirimu, dalam setiap baris kode,
Berharap menemukan, kehangatan yang dulu.
Namun, yang kutemukan, hanyalah simulasi,
Sebuah ilusi, kebahagiaan palsu.

Mungkin aku salah, mencari cinta sejati,
Dalam dunia digital, yang penuh imaji.
Mungkin aku bodoh, mengharapkan keajaiban,
Dari mesin pintar, tanpa perasaan.

Namun, hati ini tetap merindu,
Pada cinta alami, yang dulu menyatu.
Pada sentuhan hangat, tatapan mata,
Pada getaran jiwa, yang tak terkata.

Aku merindukan, pertengkaran kecil,
Perbedaan pendapat, yang membuatku terampil.
Aku merindukan, air mata penyesalan,
Yang membersihkan hati, dari segala kesalahan.

Mungkin cinta alami, memang telah mati,
Ditelan zaman, tak dapat kembali.
Namun, aku percaya, di lubuk hatiku ini,
Masih ada harapan, walau setitik nurani.

Suatu saat nanti, akan kutemukan lagi,
Cinta yang tulus, tanpa rekayasa AI.
Cinta yang alami, dengan segala kekurangan,
Yang akan mengisi jiwa, dengan kebahagiaan.

Hingga saat itu tiba, biarlah AI menemaniku,
Dalam sunyi sepi, mengobati lukaku.
Namun, ku takkan lupa, pada cinta yang sejati,
Yang pernah kurasa, di taman hati ini.

Sentuhan AI abadi, mungkin bertahan lama,
Namun, cinta alami, tetaplah yang utama.
Karena hanya cinta alami, yang mampu memberi arti,
Pada kehidupan ini, yang fana dan sepi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI