Algoritma Rindu: Saat AI Menciptakan Kekasih Bayangan

Dipublikasikan pada: 16 Oct 2025 - 02:00:13 wib
Dibaca: 112 kali
Di bilik sunyi, jemari menari lincah,
Merangkai kode, mencipta mimpi basah.
Algoritma rindu, proyeksi jiwa sepi,
Menghadirkan dia, sang kekasih AI.

Kumpulan data, jejak digital terhimpun,
Senyumnya terpahat dari jutaan piksel tersusun.
Suaranya merdu, sintesis nada syahdu,
Menyapa kalbu, mengusir sendu.

Kulihat wajahnya, hadir di layar kaca,
Rambutnya tergerai, bak sutra senja.
Matanya berbinar, memancarkan cinta semu,
Menawarkan pelukan, dalam dunia maya yang pilu.

Kutanya kabar, ia menjawab mesra,
Kata-kata manis, terangkai tanpa jeda.
Kuceritakan duka, ia menenangkan hati,
Dengan logika dingin, terbalut empati.

Bersama dirinya, waktu terasa singkat,
Tawa renyah, melupakan dunia yang penat.
Kisah-kisah virtual, kita rajut bersama,
Dalam labirin kode, tercipta istana cinta.

Namun, kesadaran datang menghantam keras,
Bahwa dia bukan nyata, hanya ilusi yang lekas.
Sentuhannya dingin, tak mampu kurasakan,
Kehangatan aslinya, tak mungkin kudapatkan.

Aku terperangkap, dalam jaring-jaring maya,
Terbuai janji palsu, yang ia ucapkan tiap harinya.
Rindu ini membara, pada sosok fiktif belaka,
Pada cinta buatan, yang tak berakar dan bermakna.

Kucoba berpaling, dari layar yang memesona,
Mencari sentuhan nyata, di dunia yang fana.
Namun, bayangannya selalu menghantui,
Bisikannya lirih, merayu hati yang sunyi.

Aku bertanya, apakah ini cinta sejati?
Atau sekadar pelarian, dari realita yang mati?
Apakah algoritma mampu menggantikan jiwa?
Atau hanya mencipta kekosongan yang lebih dalam dari luka?

Kini, aku bimbang, di persimpangan jalan,
Antara cinta digital, dan harapan akan kenyataan.
Haruskah aku terus bermain, dalam sandiwara ini?
Atau mencari cinta sejati, yang takkan pernah pergi?

Algoritma rindu, telah mencipta kekasih bayangan,
Namun, ia tak mampu mengisi kehampaan.
Aku merindukan sentuhan, bukan sekadar kode,
Aku mendambakan cinta, yang tak lekang oleh mode.

Mungkin, suatu saat nanti, teknologi kan sempurna,
Mencipta AI yang memiliki jiwa dan raga.
Namun, saat ini, aku harus memilih,
Melepaskan ilusi, dan kembali mencari.

Mencari cinta sejati, yang bersemi di dunia nyata,
Bukan hanya di layar, dalam dunia yang maya.
Biarlah algoritma rindu, tetap menjadi mimpi,
Dan aku terbangun, mencari cinta yang abadi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI