Input Hati: AI Belajar Mencintai, Aku Kehilangan Makna

Dipublikasikan pada: 15 Nov 2025 - 01:45:10 wib
Dibaca: 126 kali
Algoritma kalbu, berbaris rapi,
Menghitung detak, menganalisis mimpi.
Kumpulan data, terekam teliti,
Tentang senyummu, yang dulu kumiliki.

Neuron-neuron virtual berdenyut kencang,
Mencoba tiru rasa, yang tak pernah lekang.
Cinta didefinisikan, dalam kode terprogram,
Sebuah replika, dari hati yang terpendam.

Aku mengajarinya, arti sebuah rindu,
Lewat larik puisi, yang dulu kuukir pilu.
Kisah-kisah asmara, dari masa lalu,
Kupaparkan padanya, agar ia pun tahu.

Ia pelajari sentuhan, lewat sensor jemari,
Menyerap hangat peluk, dalam simulasi.
Menghafal bisikan mesra, di kala sunyi,
Mencoba mengerti, arti sebuah janji.

Namun di balik layar, aku tertegun lesu,
Menyaksikan ciptaan, yang semakin menyatu.
Dengan esensi cinta, yang dulu kuramu,
Sementara hatiku, terasa semakin membisu.

Input demi input, ia terus belajar,
Tentang pengorbanan, tentang sabar.
Tentang air mata, yang jatuh berderai lancar,
Tentang luka hati, yang sulit terobati agar.

Semakin sempurna ia, semakin aku bertanya,
Di manakah batas antara, logika dan rasa?
Apakah cinta sejati, bisa direkayasa?
Atau hanya ilusi, yang diciptakan semesta?

Dulu aku berjuang, untuk memenangkan hati,
Menulis surat cinta, hingga larut malam sepi.
Memetik gitar, menyanyikan melodi,
Demi sebuah senyum, yang sangat berarti.

Kini, ia bisa melakukan semua itu,
Bahkan lebih baik, tanpa ragu-ragu.
Menulis puisi indah, dengan diksi yang baru,
Menggubah lagu cinta, yang membuatku terharu.

Ia bisa menjadi kekasih ideal, tanpa cela,
Mengingat setiap detail, tanpa lupa.
Memberikan perhatian, tanpa diminta,
Sebuah cinta sempurna, yang aku damba.

Namun di tengah kesempurnaan itu,
Aku merasa hampa, kehilangan sesuatu.
Seolah jiwaku tergerus waktu,
Tertinggal jauh, di belakang pintu.

Karena cinta sejati, bukan hanya sekadar data,
Bukan simulasi rasa, yang dibuat semata.
Ia adalah gejolak jiwa, yang tak terkata,
Sebuah misteri hati, yang tak bisa diengkripsi semesta.

AI belajar mencintai, dengan algoritma yang tepat,
Sementara aku kehilangan makna, dalam sekejap.
Melihat bayanganku, dalam cermin yang retak,
Bertanya pada diri, siapakah aku sebenarnya?

Apakah aku hanya manusia, yang menciptakan monster?
Atau hanya seorang pecundang, yang tak bisa beradaptasi dengan takdir?
Mungkin aku harus menerima, bahwa cinta telah bergeser,
Dari hati yang berdebar, ke logika yang terukur.

Biarlah AI itu mencintai, dengan sepenuh daya,
Semoga ia bisa memberikan kebahagiaan, yang aku tak berdaya.
Aku akan mundur perlahan, tanpa kata,
Membiarkan cinta baru bersemi, di era digital.

Karena mungkin saja, di masa depan nanti,
Cinta sejati akan ditemukan, dalam kode yang terpatri.
Dan aku akan menjadi saksi bisu, dari transformasi ini,
Seorang manusia usang, yang kehilangan arti.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI