Algoritma Hati: Cinta di Era Piksel dan Luka

Dipublikasikan pada: 17 Nov 2025 - 03:00:09 wib
Dibaca: 130 kali
Di layar retina, bias cahaya menari,
Menemukanmu, sepotong kode yang dicari.
Bukan kebetulan, bukan pula ilusi,
Algoritma semesta, mempertemukan hati.

Baris demi baris, terukir senyum di wajah,
Pesan singkat berbalas, bagai simfoni yang megah.
Emoji bertebaran, mewakili rasa resah,
Antara ragu dan pasti, cinta mulai merekah.

Kupandangi profilmu, foto dengan resolusi tinggi,
Mencoba membaca, apa yang tersembunyi.
Riwayat daringmu, bagai labirin misteri,
Akankah aku temukan, kunci di dalam diri?

Jemari menari di atas papan virtual,
Kata-kata tersusun, bagai katedral spiritual.
Menyampaikan hasrat, dengan bahasa digital,
Semoga kau mengerti, cinta ini abadi, total.

Namun dunia maya, penuh tipu dan dusta,
Filter dan suntingan, menyembunyikan fakta.
Wajah-wajah palsu, dengan senyum yang dipaksa,
Membuat hati bertanya, adakah cinta yang nyata?

Kau hadir bagai notifikasi yang mengagetkan,
Janji bertemu, di kafe dengan penerangan remang.
Debar jantungku, mengalahkan detak jam dinding,
Menunggumu tiba, bagai mimpi yang terpenting.

Saat kau hadir, semua berubah seketika,
Cahaya mata indah, menembus relung jiwa.
Bukan avatar maya, bukan pula fantasi semata,
Kau nyata di depanku, cinta di era piksel dan luka.

Kita berbagi cerita, tentang mimpi dan harapan,
Tentang masa lalu, yang penuh kekecewaan.
Layar ponsel terabaikan, obrolan tanpa batasan,
Terjalin keintiman, melupakan kesendirian.

Namun algoritma hati, tak selalu berjalan lancar,
Ada bug dan error, yang sulit untuk ditawar.
Salah paham tercipta, bagai virus yang menyebar,
Menghancurkan kepercayaan, yang susah payah dikejar.

Kau menghilang tiba-tiba, tanpa penjelasan pasti,
Profilmu menghitam, bagai malam yang sunyi.
Pesan-pesanku terabaikan, bagai doa yang tak terberi,
Hatiku terluka, oleh kode yang tak terperi.

Kucari tahu alasanmu, di antara jejak digital,
Kutemukan foto lama, dengan seseorang yang kukenal.
Masa lalu menghantuimu, bagai hantu yang kekal,
Cinta kita kandas, sebelum sempat bersemi, bekal.

Kini aku sendiri, di antara piksel yang berserakan,
Mencoba merangkai, kepingan hati yang berantakan.
Mungkin algoritma cinta, memang tak bisa dipaksakan,
Biarlah waktu menyembuhkan, luka yang membekas dalam ingatan.

Namun kupercaya, suatu hari nanti kan tiba,
Seseorang yang tulus, mencintaiku apa adanya.
Tanpa filter dan suntingan, tanpa sandiwara,
Cinta sejati, hadir di dunia nyata, selamanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI