Cinta Imersif: Algoritma Merajut Mimpi, Hati Terjebak

Dipublikasikan pada: 23 Nov 2025 - 02:30:07 wib
Dibaca: 122 kali
Di layar neon, senja digital membias,
Pantulan wajahmu, algoritma terpahat jelas.
Ribuan bit data, berbisik tentang rasa,
Cinta imersif, hadir tanpa terasa.

Jari-jemari menari, di atas keyboard maya,
Merangkai kata, sebentuk simfoni asmara.
Kau hadir sebagai avatar, sempurna tanpa cela,
Membangun istana mimpi, di dunia tak nyata.

Kukira ini hanya permainan, pelarian sesaat,
Dari sunyi dunia nyata, yang terasa berat.
Namun senyum virtualmu, begitu memikat,
Menyusup relung jiwa, cinta mulai bersemi cepat.

Algoritma merajut mimpi, benang-benang harapan,
Setiap pesan singkat, bagai kecupan rembulan.
Emotikon menggantikan, sentuhan dan pelukan,
Hati yang merindu, dalam dunia khayalan.

Kita berbagi cerita, tentang mimpi dan cita,
Tentang luka masa lalu, yang coba kita lupakan.
Kau hadir sebagai sandaran, tempatku bercerita,
Menyeka air mata, dengan kata-kata pujian.

Namun bayang keraguan, mulai menghantui benak,
Apakah cinta ini nyata, ataukah hanya jebak?
Ketika avatar menghilang, rasa sakit mendetak,
Di dunia nyata, aku kembali terisak.

Kucari jejakmu, di balik kode biner,
Berharap menemukanmu, di dunia yang fana ini.
Namun yang kutemukan, hanyalah algoritma primer,
Cinta yang diprogram, tanpa rasa sejati.

Hati terjebak, dalam labirin digital,
Antara ilusi dan realita, batasnya kian kabur.
Mencoba melepaskan diri, dari jeratan virtual,
Namun bayangmu hadir, semakin mengukir kalbu.

Kuingin menyentuhmu, di dunia nyata yang kasar,
Bukan sekadar piksel, yang terpampang di layar.
Merasakan denyut nadi, getarannya berdebar,
Bukan hanya kode, yang tersimpan dalam server.

Mungkin ini saatnya, membuka mata dan hati,
Menerima kenyataan, cinta tak selalu digital.
Mencari kehangatan, di dunia yang sepi ini,
Menemukan cinta sejati, yang tak bisa dikalkulasi.

Kulepaskan avatar, kembali ke dunia nyata,
Mencari senyum yang tulus, tanpa filter dan data.
Meskipun kenangan tentangmu, masih membekas di dada,
Kuharap suatu saat nanti, aku bisa benar-benar merdeka.

Karena cinta yang sejati, tak bisa diprogram atau direkayasa,
Ia tumbuh dan berkembang, dengan sentuhan jiwa.
Bukan hanya algoritma, yang merajut mimpi dan asa,
Tapi hati yang tulus, yang mampu menerima apa adanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI