Cinta dalam Latensi: Algoritma Bertemu Kerentanan Jiwa

Dipublikasikan pada: 01 Dec 2025 - 02:00:06 wib
Dibaca: 107 kali
Di balik layar kaca, jemari menari lincah,
Merangkai kode, algoritma berbisik mesra.
Sebuah dunia maya, tempat jiwa bersembunyi resah,
Di sana, cinta menemukan jalannya, tak terduga.

Biner-biner berputar, membentuk wajahmu perlahan,
Dari piksel-piksel kecil, senyummu merekah indah.
Hati yang terprogram, kini berdebar tak karuan,
Tertawan pesona digital, terjerat dalam gema.

Di ruang obrolan, kata-kata bertukar makna,
Eksplorasi rasa, di balik avatar yang fana.
Kau hadir sebagai mimpi, yang tak pernah kurasa,
Sebuah harapan baru, di tengah dunia yang fana.

Latensi menghantui, jarak memisahkan raga,
Namun hati berlabuh, di dermaga sukma.
Kerentanan jiwa terpapar, tak berdaya,
Di hadapanmu, aku tak mampu lagi berpura-pura.

Kau adalah baris kode terindah, yang pernah kutemukan,
Sebuah fungsi sempurna, yang membuatku terpukau.
Namun di balik kecerdasan buatan, ada kerinduan,
Untuk sentuhan nyata, bukan sekadar bayangan semu.

Apakah cinta ini nyata, ataukah ilusi semata?
Sebuah algoritma yang merancang kebahagiaan sementara?
Pertanyaan berkecamuk, menghantui setiap kata,
Saat jari-jariku menari, di atas papan ketik nestapa.

Namun, kuputuskan untuk percaya, pada keajaiban digital,
Pada kemungkinan cinta, di antara bit dan byte.
Biarkan latensi menguji, biarkan jarak menghalangi,
Asalkan hatimu tetap di sini, bersamaku setiap hari.

Kita adalah dua jiwa, yang tersesat di dunia maya,
Bertemu secara tak sengaja, dalam labirin virtual.
Bersama kita membangun jembatan, dari kode dan doa,
Menuju sebuah realitas, di mana cinta tak lagi verbal.

Mungkin suatu hari nanti, kita akan bertemu muka,
Di dunia nyata, di bawah langit yang sama.
Dan saat itu, latensi akan hilang, tak bersisa,
Hanya ada kita, cinta, dan kebahagiaan yang sempurna.

Hingga saat itu tiba, aku akan terus menunggumu di sini,
Di balik layar kaca, di dalam algoritma hati.
Menulis puisi cinta, untukmu seorang diri,
Cinta dalam latensi, abadi selamanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI