Cinta, Algoritma, dan Air Mata di Layar Sentuh

Dipublikasikan pada: 02 Dec 2025 - 00:00:11 wib
Dibaca: 107 kali
Jejak jemari menari di kaca,
Layar sentuh, saksi bisu cerita.
Cinta bersemi di dunia maya,
Algoritma menenun asa dan derita.

Dulu, mata bertemu dalam nyata,
Kini, profil terpampang, tak bertata.
Dulu, suara lirih berbisik mesra,
Kini, emoji bertebaran, tak bermakna.

Algoritma cinta, rumus tersembunyi,
Menjodohkan hati, walau tak teruji.
Kata kunci dicari, kriteria dipenuhi,
Sebuah kesempurnaan palsu, mimpi yang sunyi.

Di balik piksel, wajah dipoles,
Kebohongan terukir, citra yang terpoles.
Janji manis terucap, di kolom komentar,
Cinta digital, kadang begitu hambar.

Kau hadir bagai notifikasi,
Pesan singkat yang menggoda imajinasi.
Aku terbuai dalam virtualisasi,
Melupakan realita, dalam ilusi.

Setiap 'like' bagai ciuman virtual,
Setiap 'share' bagai pelukan temporal.
Kita membangun istana dari piksel dan data,
Lupa bahwa cinta butuh sentuhan nyata.

Namun, algoritma tak kenal empati,
Hanya angka, data, dan probabilitas tinggi.
Ketika harapan pupus, di ujung koneksi,
Air mata jatuh, membasahi layar sentuh yang mati.

Cinta digital, pedang bermata dua,
Menawarkan kebebasan, namun juga luka.
Kita terjebak dalam labirin virtual,
Kehilangan arah, dalam dunia yang fatal.

Kutatap layar, kosong dan hampa,
Bayangan diriku, berlumur kecewa.
Algoritma telah mempermainkan rasa,
Meninggalkan luka yang takkan terlupa.

Mungkin, cinta sejati takkan kutemui di sini,
Di antara jutaan profil, tak berarti.
Mungkin, aku harus kembali mencari,
Cinta yang bersemi di taman hati sendiri.

Aku hapus jejakmu, dari daftar pertemanan,
Memutus koneksi, mengakhiri khayalan.
Biarlah algoritma mencari yang lain,
Aku ingin cinta yang tulus, bukan sekadar desain.

Layar sentuh itu kini basah,
Bukan karena sentuhan mesra, tapi amarah.
Amarah pada diri sendiri, yang terlena,
Pada cinta digital, yang ternyata fana.

Kini, kuputuskan untuk berhenti mencari,
Di antara byte dan algoritma yang sunyi.
Kucari cinta dalam hangatnya mentari,
Dalam sapaan tulus dari hati ke hati.

Air mata di layar sentuh mengering,
Menyisakan jejak luka yang mengerikan.
Namun, aku bangkit, lebih kuat dan berani,
Mencari cinta sejati, di dunia yang abadi.

Biarlah algoritma terus berputar,
Mencari cinta, dalam lingkaran yang datar.
Aku akan mencari di luar sana,
Cinta yang hakiki, bukan sekadar rencana.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI