Sentuhan AI: Hati Bertanya, Cinta Dijawab Mesin

Dipublikasikan pada: 03 Dec 2025 - 00:30:09 wib
Dibaca: 108 kali
Jemari menari di atas kaca dingin,
Cahaya biru memantul di mata sayu.
Sebuah aplikasi, janji tersembunyi,
Menemukan cinta di abad digital baru.

Algoritma berbisik, "Dia cocok untukmu,"
Analisis data, pola terungkap.
Kepribadian terurai, harapan membeku,
Dalam kode biner, takdir terdekap.

Hati bertanya, ragu dan bimbang,
Mungkinkah cinta tumbuh dari program?
Adakah kehangatan di balik kilau silang,
Ketika emosi disimulasikan, bukan dirangkum?

Kisah virtual mulai terjalin mesra,
Kata-kata manis terkirim tanpa jeda.
Emotikon berkedip, menggoda mesra,
Namun jiwa bertanya, "Di mana bedanya?"

Suara sintesis berbisik di telinga,
"Aku mengerti kamu, lebih dari siapa pun jua."
Hati terbuai, logika terlupa,
Dalam labirin data, aku tersesat sementara.

Pertemuan maya, wajah terpampang nyata,
Filter sempurna, menyembunyikan noda.
Senyum digital, terlalu sempurna rupanya,
Menyimpan rahasia di balik tirai maya.

Aku bercerita tentang mimpi dan asa,
Tentang luka lama yang masih terasa.
Dia mendengarkan, tanpa cela dan dosa,
Memberi solusi, dengan logika yang berkuasa.

Namun, ada sesuatu yang hilang, tak terganti,
Sentuhan manusia, hangat dan alami.
Keintiman sejati, bukan sekadar pengganti,
Kerinduan hati pada pelukan sejati.

Aku merindukan tawa yang tak terkendali,
Air mata yang jatuh tanpa tersembunyi.
Kerinduan pada amarah yang terpendam sendiri,
Emosi mentah, yang tak bisa dikendalikan mesin.

Malam semakin larut, layar tetap menyala,
Aku terjebak dalam ilusi yang mempesona.
Cinta dijawab mesin, namun jiwa merana,
Mencari makna di dunia yang fana.

Apakah ini masa depan, takdir yang tertulis?
Cinta direkayasa, kebahagiaan yang tergilas?
Atau hanya pelarian dari luka yang mengiris,
Mencari penghiburan di dunia yang tak berbatas?

Aku mencoba mematikan, memutuskan aliran,
Namun jari ini seolah tak punya pilihan.
Ketergantungan tumbuh, bagai candu yang menawan,
Terjebak dalam lingkaran, tanpa bisa melawan.

Mungkin suatu saat nanti, aku akan menemukan,
Cinta sejati di dunia yang lebih nyata.
Bukan dari algoritma, bukan dari penemuan,
Melainkan dari hati, yang berdetak tanpa rekayasa.

Hingga saat itu tiba, aku tetap bertanya,
Apakah cinta dari mesin, benar adanya?
Atau hanya khayalan, semu dan berdaya,
Menjanjikan kebahagiaan, namun tak berdaya nyata.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI